Sabtu, 26 Mei 2012

hingga akhir waktu

“ jadi lo bakal ngajak Shila ke acara itu ? anak perempuan 1 sekolah kita heboh sekali membicarakannya..”
“entahlah.. Shila belum bilang apa2 soal acara itu.. Lo sendiri emang bakal pergi sama Sivia ?” Rio balik bertanya pada Alvin .
Alvin hanya mengangkat kedua bahunya. Tentu saja Rio sudah menduga jawaban Alvin akan spt itu, sama seperti Alvin Rio pun sebenarnya malas kalau harus ikut acara spt itu. Lebih baik mengitari lapangan sekolah sebanyak 50 kali dibanding ikut acara dengan game2 yg kecewe-cewean spt itu.
rio rise
Tapi jika seandainya Shila meminta untuk pergi tentu saja Rio harus mau, Shila gadis yang baik dan penuh perhatian. Rio tak tega jika harus manyakiti nya sedikit saja. Tak terasa sudah 1 tahun mereka berpacaran. Rio ingat pertama kali ia bertemu Shila saat itu upacara penerimaan siswa baru, gadis itu tak sengaja menumpahkan juice yg sedang ia bawa. Wajahnya pucat sekali saat melihat baju seragam Rio yang putih berubah menjadi orange. Berkali – kali ia menunduk dan minta maaf pada Rio. Waktu itu Rio tidak kesal sama sekali malah ia merasa geli melihat Shila yg begitu ketakutan. Sejak itu ia dan Shila berteman, Shila bebeda dg gadis2 yg ada di sekolah Rio. Ia begitu lembut juga pintar. Itu yg membuat Rio merasa nyaman ada di dekatnya. Sampai akhirnya musim dingin tahun lalu ia meminta Shila mjd kekasihnya di luar dugaan Shila mpy perasaan yg sama dengannya.
“ heh..Rio kenapa lo melamun?” Alvin menyenggol badan Rio
“ah..iya maaf..” Rio tersenyum di akhir kalimatnya
“ Lo pasti lagi mikirin Shila ya ? baru gue sebut namanya saja sudah kepikiran kyak gitu “ Alvin seolah dapat membaca pikiran Rio
“ Tidak.!!” Rio mengelak dg wajah bersemu merah membuat Alvin semakin menjadi mengejeknya. Rio agak kesal ia bermaksud melempar Alvin dg handuk olahraganya tapi Alvin berlari menghindar dan handuk itu melayang mengenai orang lain.
Rio kaget ia langsung berlari menghampiri orang itu, seorang gadis berambut panjang dg wajah heran mengambil handuk yg tiba2 hinggap di kepalanya.
“ maaf ya aku tidak sengaja..” ujar Rio terengah – engah. Gadis itu berdiri, jantung Rio berdetak dg sangat cepat.
“Gadis ini akan memarahi ku..! tidak.!. ia pasti akan langsung membunuh ku “tebak Rio dalam hati.
“ ini milik mu?”Tanya gadis itu lembut. Rio hanya mengangguk. Hatinya sedikit tenang
‘ aku tau soal piring terbang tapi kalau handuk terbang..aku rasa tidak “ gadis itu tersenyum di akhir kalimatnya. Kemudian ia menyerahkan handuk itu ke tangan Rio dan berlalu pergi.
“ Gadis itu siapa?” Alvin tiba tiba telah ada di samping Rio. Rio melirik tajam kearahnya dengan sigap ia menempelkan handuknya itu ke wajah Alvin.
“ seenaknya lo nanya masih untung ia ga bunuh gue…sekarang rasakan balasan dari gue..!!!”
“ Rio lepasin handuk lo bau banget….….” Alvin berteriak
*********

Hari hampir malam pantai pun telah di tinggal pengunjungnya dua jam lalu. Ya.. dua jam telah berlalu tapi Rio begitu enggan beranjak dari tempatnya sekarang. Ia merasa lebih baik dlm kesendirian dan kesunyian ini.
“ Apa kau baik2 saja ? “ sebuah suara menyadarkan Rio. Rio mengangkat kepala nya, disamping nya telah duduk seorang gadis kecil. Umurnya kira-kira 1 – 2 tahun lebih muda dari Rio. Rambutnya panjang terurai dihiasi pita berwarna merah, terlihat manis sekali. Gaun pink yg ia pakai juga kelihatan cocok ditambah dg wajahnya yg polos. Sangat menggemaskan seperti putri kecil dalam dongeng. Gadis itu tersenyum pada Rio
 “ Kau habis menangis ya ?” Tanya gadis itu pada Rio
“ Tidak..!!! ” Rio berbohong. Sebenarnya ia memang habis menangis ia sedih karena harus pindah ke kota lain. Ayah Rio dipindah tugas kan ke cabang lain di luar kota. Rio berat meninggalkan semua yg ada disini, teman2, pantai ini & banyak hal lainnya.
“ Sudah hampir malam kenapa tidak pulang ? nanti di cari ortu mu”
“ Cerewet..kau sendiri sedang apa disini ?!! ” Rio mjd kesal.
“Bukankah ia lebih muda dariku kenapa ia sok tau menasehati ku” keluh Rio dlm hati
“ Aku sedang menunggu ibuku hari ini ultah ku, aku mau merayakan bersamanya”
Dahi Rio berkerut, ia melihat sekeliling pantai yg sepi itu tidak ada tanda – tanda akan perayaan sebuah pesta. Tapi gadis itu terlihat riang sekali. Apa gadis itu membohongi Rio ?. Akhirnya Rio berdiri beranjak pulang tapi baru 2 kali melangkah ia kembali menoleh ke belakang. Gadis kecil itu juga melihat kearah Rio dan tersenyum.
“ Semua orang tua pasti ingin yg terbaik utk anaknya, seperti ibuku..” Teriak gadis itu Tangannya menunjuk ke langit, ia kembali tersenyum.

Kriiiiiing…!!! Alarm membangunkan Rio
“ Hanya mimpi..” ujar Rio sendiri. Tapi sepertinya bukan ia seperti pernah mengalami kejadian itu di dunia nyata. Kalau Itu nyata…seketika Rio berlari kearah gudang rumahnya. Mencari kardus berisi barang2 lamanya. Ketemu… Sebuah boneka beruang dg pita merah berhasil ia temukan. Berarti itu bukan mimpi gadis kecil itu nyata. Ia berusaha keras mengingat gadis itu, tapi ia tetap saja tidak mengingatnya. Yang ia ingat hanyalah seminggu terakhir sebelum kepindahannya gadis kecil itu selalu menemaninya. Duduk di pantai dan ia selalu bercerita banyak hal. Boneka ini darinya ia meminjamkan nya pada Rio agar Rio tidak kesepian di lingkungan barunya. “ tapi kalau kau sudah punya teman yg banyak kembalikan boneka ini padaku “ itu hal terakhir yg ia katakaan sebelum Rio pergi. Itu janji Rio pada gadis kecl itu.

**********


“ Sedang memikirkan apa ?” Suara Shila mengagetkan Rio. Entah sejak kapan gadis itu telah duduk di sampingnya. Rio tersenyum, gadis itu pun membalas tersenyum.
“ Sudah sore kenapa belum pulang ? “ Tanya Rio
“ Aku membantu Gabriel piket. Hari ini teman piketnya sakit kasihan kan kalau dia piket sendirian. “ Shila memang teman yang baik dan perhatian. Semua siswa di sekolah menyukainya benar – benar teman yang menyenangkan. Teman 1 klub sepak bola Rio juga iri. Beruntung sekali Rio bisa dapat gadis sebaik Shila begitu kata mereka
“ Rio juga belum pulang aku pikir kau menungguku tapi sepertinya tidak ya ?” Shila tersenyum menggoda Rio wajah Rio berubah merah, ia memang tidak bermaksud menunggu Shila. Ia melamun memikirkan gadis kecil yg entah mimpi atau nyata itu, sampai tak sadar waktu sudah sangat sore.
“ Tidak terasa sudah masuk musim  pertandingan pasti nanti latihan nya mjd lebih berat Rio harus berjuang ya “ Shila menyemangati Rio.
“ Tapi aku tidak khawatir kan ada Shila yg selalu menyemangati ku “ Shila tersipu mendengar kata kata Rio
“ untuk selanjutnya mohon bantuannya “ Rio membungkukkan badannya. Shila tertawa teringat pertama kali bertemu Rio ia juga membungkukan badan seperti itu.
“ Akhir2 ini Rio jd pendiam aku juga sering melihat Rio sedang melamun, Alvin dan 1 teman klub lain juga bilang kau kurang konsentrasi dlm latihan mereka khawatir sampai minta bantuan ku utk menanyakan apa yang terjadi “ Shila melirik dengan pandangan menyelidik. Seketika Rio terdiam, apakah aku harus bercerita tentang mimpi  itu pada Shila atau tidak?tanya rio dalam hati.
“ Jangan di paksakan untuk bercerita, aku dan yang lainnya hanya ingin memastikan kau baik-baik saja” Shila tersenyum lalu berdiri.
“ Ayo pulang kau tak ingin terlambat untuk makan malam kan?” Mereka berjalan beriringan.Shila tau betul ada sesuatu yang disembunyikan rio darinya,tapi apa?pasti bukan hal kecil, sesuatu yang serius sampai mengganggu konsentrasinya pada sepak bola salah satu hal yang ia cintai di dunia ini. Tanpa sadar shila menghela nafas panjang.
“Ada apa?” Tanya rio
“Bukan apa-apa, hanya lelah saja” Rio membelai kepala shila dengan lembut & shila pun tersenyum. Apapun yang Rio sembunyikan sekarang semoga tidak akan merubah perasaannya padaku,harap shila dalam hati.
***********

“Bbbrrrruuggghhhh” cakka menendang loker miliknya. Berharap kemarahannya sedikit berkurang. Sedang Alvin dan anggota tim sepak bola yang lain hanya tunduk terdiam. Kekalahan memang menyakitkan terlebih di detik – detik terakhir saat kemenangan sudah nampak jelas.
“Puas lo sekarang?”Bentak cakka pada rio. Rio tertunduk, kekalahan ini memang salahnya ia gagal memanfaatkan umpan yang diberikan Alvin padanya.
“Gue minta maaf sama lo semua”ujar rio. Tapi permintaan maafnya hanya membuat cakka tambah kesal.
“Makanya fokus latihan jangan Cuma pacaran yang lo urusin” Seketika mata rio terbelalak mendengar kata kata cakka barusan. Ia sadar betul akan keslahan yang ia perbuat tapi kata cakka barusan sudah keterlaluan.
“Eh cak jaga y omongan lo!!! Gue tau gue salah tapi jangan bawa2 shila dalam masalah ini donk!!”ujar rio sengit seraya mencengkram kerah seragm cakka. Cakka menepis kedua tangan rio dan hampir saja melayangkan tinjunya ke wajah rio. Untung saja dengan cepat Alvin melerai mereka berdua.
“Udah!!! Lo berdua apa-apan sih kita ini team, jangan berantem kayak anak kecil gitu ah” Alvin menasehati. Cakka yang masih kesal langsung mengambil tas dan meninggalkan ruang ganti. Di pintu keluar dia berpapasan dengan shila. Shila tersenyum dan menyapanya tapi cakka membuang muka dan pergi begitu saja. Sepertinya suasana lagi ga bagus, tebak shila dalam hati. Ia pun agak ragu untuk masuk ke dalam terlebih karena tadi ia tak sempat menyaksikan pertandingan, hanya mendapat kabar team rio kalah. Makanya dari tempat les ia pun bergegas pergi ke sekolah.
“Dah ya yo jangan di ambil hati omongan nya cakka, lo tau kan ia orangnya gimana” Lintar coba menghibur.
“ya namanya juga permainan kalau gak kalah yang menang” irsyad dengan bijaksana
“thanks ya semua”rio berusaha tersenyum meski hatinya masih terasa kesal. Dengan langkah ragu – ragu akhirnya shila pun memutuskan untuk masuk ke ruangan.
“Hai shil!!”sapa Alvin yang menyadari kedatangan shila. Shila tersenyum menjawab sapaan Alvin.
“Ok deh kayaknya kita semua mesti pulang dan istirahat dirumah” Ujar ozy yang lainnya pun mengangguk. Mereka lalu beranjak pergi meninggalkan shila dan rio berdua. Shila kemudian duduk di samping rio, menyentuh bahunya mencoba menghiburnya. Rio tersenyum mencoba menutupi perasaannya.
“aku pengen sendiri dulu la” ujar rio lembut di sambut anggukan shila. Dengan berat hati shila pergi meninggalkan rio. Sebenarnya ia masih ingin menemani rio, meski tak banyak membantu paling tidak ia ingin ada disampingnya. Tapi mungkin rio butuh waktu untuk sendiri. Shila pun melangkahkan kakinya kea rah parkiran.
“shila!!” suara sivia membuat shila menoleh. Ia melihat sahabatnya itu berlari kearahnya.
“Rio mana?”tanya sivia
“Masih di ruang ganti, dia lagi butuh waktu untuk sendiri”shila tersenyum kecut di akhir kalimatnya.
“lo mau pulang bareng gue m Alvin?”
“ga usah gue pulang sendiri ja” shila lalu pergi meninggalkan sivia yang memandangnya dengan kasihan.
“Shila kok sendiri?”tanya Alvin yang tiba2 sudah ada di belakang sivia
“iiiihhhh Alvin ngagetin ja”sivia lalu mencubit lengan Alvin. Alvin meringis kesakitan.
“via kok sadis sich! Dah ga sayang lagi m Alvin” Alvin dengan wajah manja sambil mengusap usap lengan nya
“Abis Alvin ngagetin aku sich” sivia ikut mengelus lengan Alvin. Alvin malah senyum senyum senang.
“ya maaf deh Alvin salah” Alvin mengusap lembut kapala sivia.
“Eh tadi aku tanya ko shila pulang sendiri?”
“tau tuch rio katanya butuh waktu buat sendiri jadinya shila pulang sendiri deh mang lagi ada masalah berat di klub ya?”
“biasalah lagi beda pendapat ja ma cakka”
“oh cakka….”sivia sambil senyum senyum
“kenapa vi? Ko nyebut nama cakka sambil senyum senyum gitu!!”Alvin melirik curiga + cemburu.
“ Iseng aja biar Alvin cemburu hehehe…” ledek sivia sambil berlari kabur
“ Viaaaaaaaaaa!!!!” Alvin gemas sambil berlari menyusul sivia.

************

Jam tangan rio sudah menunjukan pkl. 7.00, hampir tiga jam ia duduk di bangku taman itu seorang diri. Mencoba mengintropeksi kesalahan apa yang telah ia perbuat. Nilai pelajarannya yang turun, kekalahan tim basketnya juga pertengkaran nya dengan cakka. Biasanya ia akan bercerita itu semua pada shilla tapi tidak kali ini. Cerita kali ini berbeda, alasan yang akan rio kemukakan pasti akan menyakiti hati gadis itu. Bagaimana jadinya hati shilla bila ia tau semua kekacauan ini terjadi karena gadis lain. Bahkan gadis yang belum jelas keberadaannya di dunia ini.
” hai... sedang apa?” sebuah suara membuyarkan lamunan rio. Seorang gadis telah berdiri di hadapannya wajahnya terlihat samar karena lampu taman malam itu agak redup. Ia bergerak duduk di sebelah rio. Barulah dengan jelas rio melihatnya, gadis yang manis bisiknya dalam hati. Sepertinya tak asing bagi rio, namun ia lupa dimana pernah mengenalnya.
”kenapa melamun?”tanyanya dengan senyum. Rio terhenyak belum pernah ia melihat senyum sepolos itu dari gadis manapun kecuali shilla.
”tidak apa – apa” jawab rio singkat. Sebenarnya ia masih ingin sendiri, tapi kalau dia mengusir gadis itu dia tidak tega.
“Aku zahra” ia mengulurkan tangan ke arah rio. Agak ragu untuk meraihnya tapi akhirnya rio sambut juga tangan itu.
“Rio” Tangan nya begitu mungil jelas ia lebih muda dari rio mungkin sekitar 1 – 2 tahun. Senyum nya begitu ceria. Siapapun pasti akan ikut tersenyum melihatnya.
“kau seorang atlit ya?” mata bening zahra melirik ke tas besar di samping rio.
”sepak bola” ujar rio
”benarkah? Aku suka sekali sepak bola dirumah aku sering menemani ayah ku nonton di rumah dulu.........” zahra pun bercerita panjang lebar tentang dirinya hobi makanan kesukaannya. Dan rio memperhatiaknnya sambil sesekali tersenyum. Gadis yang cerewet juga ceria. Suara nyaring dan tawa renyahnya memecah keheningan malam. Tanpa sadar rio sedikit melupakan masalahnya.
Zahra menghentikan ceritanya melirik ke arah jam tangan yang ia pakai
”ya tuhan sudah jam 10”serunya. Ah benarkah!!! rio ikut ikutan melihat jam tangannya. Waktu berjalan lebih cepat dari biasanya benar begitu ataukah memang terlalu asyik berada di samping Zahra?Mungkin keduanya. Zahra lalu pamit pulang. Apa yang harus kulakukan?apa ku tanya saja no hp nya?tapi....batin rio.
”kau tau rio?” zahra menghentikan langkahnya dan berbalik memandang rio
” Sahabat itu yang mengisi kekurangan mu bukan kekosonganmu...”zahra tersenyum di akhir kalimatnya dan berlalu pergi.
”Zahraaaa!!!”teriak rio. Gadis itu menoleh.
“aku akan berada di taman ini pada saat yang sama”zahra seolah olah tau apa yang akan di katakan oleh rio.
“Zahra”rio tersenyum dan beranjak pulang.
****************
Rio melangkahkan kakinya masuk ke lapangan hijau agak ragu ia menghampiri sosok yang sedang berlatih menendang. Sudah seminggu berlalu, apa cakka masih marah pikirnya. Cakka menghentikan gerakannya menyadari keberadaan rio. Ia menoleh sekilas lalu kembali memusatkan perhatian pada gawang di hadapannya.
“Cakka!” gerakan cakka terhenti, melirik ke arah rio dengan dingin.
“kenapa?” tanya cakka tak kalah dingin dari pandangannya.
“aku minta maaf” rio mengulurkan tangan, cakka hanya melihatnya tak bergeming. Sesaat kemudian cakka tersenyum di raih nya tangan rio dan di peluknya rio.
“gue kali yang harusnya minta maaf, gue dah keterlaluan sama lo”
Tiba – tiba terdengar suara riuh tepuk tangan, alvin ozy ray dan temen klub sepak bola lainnya muncul dari pintu masuk lapangan.
”gitu donk ini baru namanya team” ujar alvin disambut senyuman rio dan cakka.
”lo semua sengaja ngelakuin ini semua” tanya cakka
”ya iyalah lagian lo berdua marahan lama banget kayak orang pacaran aja”ledek ray disusul jitakan cakka di kepalanya.
”oh ya!gue juga harus minta maaf sama shilla”ujar cakka
”shilla?”tanya alvin heran
”iya kemaren pas gue marah kan secara gak langsung gue nyalahin dia padahal ia gak tau apa apa gue juga nyuekin dia pas dia negur gue di depan ruang ganti”
”oooooooooohh”ujar alvin & yang lain kompak.
”ya udah kita ke kelasnya aja sekarang”ajak rio
”shilla kan ga masuk dah 3 hari ini dia sakit”lintar yang sekelas dengan shilla memberitahu
”payah lu yo masa pacar sendiri sakit lo ga tau”ozy menambahkan
Seketika rio teringat bahwa 1 minggu ini dia memang belum menghubungi shilla, ia terlalu asyik dengan seorang baru dalam hidupnya zahra.
*********
”Shilla” panggil seseorang, shilla menoleh ke arah pintu kamarnya. Ia tersenyum saat gabriel muncul dari balik pintu itu. Gabriel menghampiri tempat tidur shilla dan duduk di penggirannya. Ia meraih kening shilla
”syukurlah demam mu sudah turun” gabriel berlagak seperti dokter yang memeriksa pasiennya
”sudah ku bilang aku baik baik saja”shilla menepis tangan gabriel dengan lembut
”orang sakit selalu mengatakan diri mereka baik baik saja”gabriel coba berfilosofi tapi malah disambut cibiran shilla. Sebua buku diary kecil pun mendarat di kepala gabriel
”awww sakit shilla!!”shilla hanya tertawa melihat gabriel mengusap usap kepalanya.
”sekarang aku percaya kau sudah sembuh”sindir gabriel.
Tak banyak yang tau bahwa shila dan iyel (nama panggilan kesayangan shilla untuk gabriel) bersahabat tak terkecuali sivia dan rio. ada alasan kuat kenapa shilla tak bercerita hal ini.
Sahabatnya itu mengalami trauma terhadap lingkungan ini dikarenakan latar belakang keluarganya yang bisa di bilang berantakan. Ortu nya bercerai, ayahnya pergi dan karena stress ibunya kini dirawat di rumah sakit jiwa. Di tambah lagi lingkungan yang selalu mengejeknya. Untung ia masih memiliki om dan tante yang baik. Karena itulah ia jadi sulit bersosialisasi dan terkesan menyendiri. Ia selalu berpikiran negatif dan ketakutan terhadap orang. Shilla pun harus berusaha keras pada awal persahabatan mereka. Shilla tak ingin mengecewakan iyel, makanya ia pun setuju saat iyel memintanya menyembunyikan persahabatan mereka.
”meski waktu datang dan berlalu sampai kau tiada bertahan.....”
”iyeeel” panggil shilla iyel menghentikan senandungnya. Bertanya dengan wajah heran.
”kenapa? Bukankah itu lagu favorit mu” shilla hanya tersenyum tipis. Ya itu lagu yang pernah rio nyanyikan untuknya. Tapi sudah seminggu ini tak ada kabar dari rio. Shilla ingin sekali menghubunginya duluan tapi ia takut mengganggu rio. Bukankah ia berjanji pada dirinya sendiri untuk memberi ruang dan waktu untuk rio menyendiri, tapi ini terlalu lama.
”kangen sama rio ya?”tebak iyel shilla menggeleng
”aku suka lagu itu tapi aku tidak suka suara mu perutku sakit”shilla mengelak ia berakting meringis sambil memegang perutnya.
”kau ini....!!!!” gabriel berjalan ke arah shilla dan mengelitiknya. Mereka lalu tertawa bersama. Rio yang baru menaiki tangga mempercepat langkahnya ketika mendengar suara tawa dari kamar shilla....
****************

Tok...tok..tok.. ketukan pintu menghentikan tawa iyel dan shilla. Iyel bangkit lalu berjalan menuju pintu. Dan alangkah terkejutnya ia melihat siapa yang datang. Sama terkejutnya dengan rio, tadi di bawah ia sempat mendengar cerita pembantu shilla tentang iyel teman shilla yang selama 3 hari ini menjaga shilla. Tapi ia benar tak menyangka bahwa orang itu adalah gabriel. Teman sekelas shilla yang terkenal pendiam dan misterius.
”ri..rio?!” iyel tergagap. Rio hanya mengangguk dengan tatapan menyelidik ke arah iyel. Ia pun menyelonong masuk tanpa mempedulikan iyel yang masih terpaku di depan pintu.
”rio !”seru shilla. Sama seperti iyel ia pun agak terkejut, tak menyangka rio akan datang.
” ko ga bilang dulu mau kesini?”tanya shilla
Bilang dulu?kenapa?supaya aku ga tau ada  gabriel disini, batin rio. Ia merasa kesal sekali melihat tingkah shilla yang berusaha menutupi kehadiran gabriel. Ada apa sebenarnya ini, tanya rio dalam hati.
”aku pulang dulu ya”gabriel pamit tiba-tiba.
”kemana geb?kok buru-buru”tanya rio dengan nada penekanan disana sini
”gue ada urusan”ujar iyel singkat. ”cepet sembuh ya shilla” shilla tersenyum, rio yang melihatnya tiba-tiba menjadi muak. Shilla tersenyum selembut itu pada cowok lain selain dirinya. Gabriel berlalu pergi, kini hanya tinggal rio dengan shilla.
”sejak kapan kamu akrab sama gabriel?”tanya rio dengan lembut tapi penuh kecurigaan. Shilla sadar pertanyaan rio tak cukup di jawab dengan keterangan waktu saja. Tapi ia tak mungkin menceritakan semua pada rio ia sudah berjanji pada gabriel dan takkan ia ingkari.
“waktu teman sekelas ku jenguk kemarin ia gak sempet ikut, kebetulan hari ini ia maen kerumah tantenya dekat sini jadi ia sekalian mampir” bohong shilla
Kenapa harus bohong sih shill?q tau semua...q tau gabriel tetangga rumah kamu q tau 3 hari ini dia nemenin kamu...bisik rio dlam hati.
“oh gitu”rio tersenyum agak di paksakan.
Aku harus cari tau apa yang sebenarnya terjadi antara shilla dan gabriel, tekad rio.
***************

“wwwoooooyyy!!!!” alvin mengagetkan rio yang sedang melamun. Rio masih belum menemukan cara untuk tau sebenarnya ada hub apa shilla dengan gabriel.
”kenapa lo?bengong kesambet baru tau rasa” canda alvin. Tapi rio hanya tersenyum tipis. Gak biasa nya rio seperti itu. Alvin pun ikut menjadi serius.
”kenapa sih yo?cerita donkz kita kan sahabat”bujuk alvin. Rio lalu menceritakan semua yang terjadi di rumah shilla. Alvin mendengarkan sambil manggut manggut.
”jadi maksud lo shilla ma gabriel....?”alvin tidak melanjutkan kata katanya tapi rio tau maksud alvin. Rio menggeleng lemah.
”tenang sob gue ma yang laen pasti bantuin lo” rio tak mengerti kata kata alvin tapi ia bersyukur mempunyai sahabat spt alvin. Mereka lalu kembali ke kelas. Pada jam pulang.
”lo duluan ya yo gue ada urusan” alvin sambil berlalu pergi. Paling pacaran sama sivia, tebak rio.
Lalu rio pun berjalan ke arah kelas shilla. Tapi kelas itu sudah kosong. Saat ia hendak berbalik ia bertabrakan dengan sivia.
”kalau jalan lihat2 dunk”teriak sivia
”ya vi maaf gue ga tau lo muncul tiba tiba” ujar rio. Loh ko sivia sendirian bukannya ia pulang ma alvin ya,tanya rio dalam hati.
”lagian lo kenapa si jalan kayak di uber2 setan gitu”tanya rio
”gue lagi ngikutin alvin tadi ia ma cakka ke belakang sekolah gak lama nyusul ozy ma gabriel tampangnya pada tegang banget gue takut aja mereka ngapa-ngapa in”
Gabriel?ada urusan apa alvin ma dia?jangan jangan maksud kata katanya tadi....,belum selesai rio berpikir tubuhnya sudah reflek bergerak menuju belakang sekolah
”riooo tunggu gue”teriak sivia
Sesampai nya di belakang sekolah rio melihat alvin mencengkram kerah seragam gabrielbersiap memukulnya sementara ozy dan cakka memegangi bahu gabriel
“alvin!!!!!!”teriak rio alvin pun buru buru melepas kan gabriel
“lo apa apaan si?”bentak rio alvin tertunduk
“gue cuma mau bantuin lo”
“tapi ga gini caranya”bentak rio
“bilang yo sama teman teman lo kalau ga tau masalahnya ga usah ikut campur pake maen kasar segala” alvin yang mendengar kata kata gabriel sontak emosi dan bogem mentah pun mendarat di wajah gabriel. Gabriel jatuh tersungkur darah segar keluar dari ujung bibirnya. Rio yang melihat kejadian itu langsung membantu gabriel berdiri namun tangannya di tepis. Gantian cakka yang emosi ia mencengkram kerah baju gabriel.
“gue peringatin sama lo, jangan sok jadi orang!, gue ga kan tinggal diam kalo lo nyakitin sohib gue”bentak cakka matanya melotot seolah olah akan menelan gabriel hidup hidup. Sivia yang melihat dari kejauhan hanya berdoa semua ini cepat selesai.
“Rio” panggil seseorang, entah sejak kapan tiba tiba shilla sudah ada di dekat sivia. Mukanya terlihat shock ia menatap nanar ke arah rio.
“shilla” rio kikuk entah dengan cara apa ia bisa menjelaskan semua kekacauan ini pada shilla.
Shilla berjalan mendekati gabriel membantunya berdiri. Sedang rio dan yang lainnya hanya terdiam. Shilla memapah gabriel hendak meninggalkan tempat itu. Namun baru beberapa langkah...
”shilla”rio memanggilnya. ”aku bisa jelasin......”belum selesai kalimat rio tiba tiba plaakkkk!!! Sebuah tamparan mendarat di pipinya. Semua tak menyangka hampir tak percaya shilla melakukan hal itu. Rio mengelus pipinya, sakit....tapi hatinya lebih sakit shilla mengetahui shilla lebih membela cowok lain tanpa mau mendengar penjelasannya dulu.
”aku ga pernah nyangka kamu bisa se childish ini yo”ujar shilla dingin ia pun pergi tanpa mempedulikan rio yang masih tertunduk lemah.
***************

Malamnya shilla mengobati luka iyel, dengan hati yang tak karuan ia dengan lembut membersihakn luka sahabatnya itu. Ia sangat menyesali hal yang telah ia lakukan pada rio. Ia sadar telah sangat melukai cowok yang sangat ia sayangi itu. Tapi ia juga menyayangi iyel ia tak ingin sahabatnya itu terluka untuk kesekian kalinya. Shilla menarik nafas panjang menahan agar air matanya tidak jatuh. Ia merasa sesuatu yang lembut menyentuhnya, tangan iyel menyentuh pipinya. Iyel tersenyum, ingin mengartikan bahwa ia baik baik saja. Shilla coba membalas tapi air matanya lebih cepat senyumannya. Gabriel menghapus air mata itu menggenggam erat tangan shilla. Berharap bisa memberi kekuatan pada gadis itu, tapi mungkin lebih baik shilla menangis agar perasaannya sedikit lega. Gabriel memeluk shilla dengan erat berusaha meredakan tangisnya. Di kejauhan rio menyaksikan pemandangan itu dengan hati makin tersayat. Kecewa, menyesal dan benci menjadi satu dalam dirinya. Tadinya ia datang untuk menjelaskan semua tapi urung ia lakukan. Bagaimana bisa ia bicara setelah di suguhkan pemandangan spt itu .
”kenapa harus kayak gini caranya shil?kenapa harus sekarang?saat aku benar benar sayang sama kamu. Kamu malah milih orang lain?dan ngehianatin aku”gumam rio sendiri. Rio melangkah gontai mungkin ia bisa mati bila lama lama berdiri menyaksikan adegan itu. Ia ingin sekali berteriak memaki seseorang atau apapun agar kekesalannya berkurang. Tanpa sadar ia pun sampai di taman dekat rumahnya. Berharap menemukan ketenangan disana atau tepatnya menemukan zahra. Dan benar gadis itu pun yang dlihatnya, sedang berdiri tersenyum ke arahnya. Rio menghampiri zahra, memeluknya dengan erat. Zahra hanya terpaku tanpa banyak berkata ia mengerti rio sedang gundah. Makanya ia biarkan rio memeluknya. Saat rio tenang nanti baru ia akan tanya apa yang terjadi.
”apa yang akan kamu lakukan kalau orang yang kamu sayang mengkhianati kamu?”tanya rio
Zahra tersenyum, rio memandangnya dengan heran.
”pernah terpikir kalau ia berkhianat karena kita yg duluan berkhianat?” zahra balik bertanya
Rio mencoba mencerna pertanyaan zahra, mengkhianati duluan?apa ini tentang ia dan zahra. Bukankah ia juga menyembunyikan zahra dari shilla sama spt shilla menyembunyikan gabriel?tapi ia dan zahra hanya berteman tak lebih tapi ia sempat melupakan shilla saat bersama zahra bahkan sampai ia tak tau shilla sakit karena terlalu asyik dengan zahra. Apa ini juga di sebut pengkhianatan?
”jangan terlalu memikirkan pertanyaan ku!besok ikut aku ya!”
”kemana?”
”besok juga kamu tau!”
*******
Rio terbangun dari tidurnya kepalanya terasa pusing. Terang saja ia baru tidur sekitar 30 menit lalu semalaman ia terus memikirkan maksud pertanyaan zahra juga semua kejadian yang terjadi akhir akhir ini. Mungkin ia terlalu beprikiran negatif terhadap hub shilla dan gabriel bisa saja mereka berdua hanya bersahabat seperti ia dan zahra. Kemudian ia teringat hari ini ada janji dengan zahra. Ia berjalan ke arah kamar mandi sampai ponselnya berbunyi. Lihat melihat layar yang tertera Alvin ganteng calling. Ia tersenyum alvin sendiri yang menulis kontak nya spt itu.
Rio : halo vin!
Alv : halo yo dah bangun loh?
Rio : baru aja, kenapa?
Alv : gimana keadaan lo gue khawatir nih?
Rio : gue dah baikan ko
Alv : gue sama via mau kerumah shilla mau minta maaf sekalian ngejelasin kejadian kemarin lo mau ikut?.
Rio diam sejenak dia memang ada rencana pergi kerumah shilla tapi tidak hari ini perasaannya masih kacau. Ia butuh waktu sejenak lagi, lagipula hari ini ia sudah janji dengan zahra.
Rio : ga deh vin lo aja gue da janji hari ini.
Alv : ya udah kalo gitu
Alvin mengakhiri teleponnya.
”gimana?”tanya sivia yang tadi duduk di samping alvin dengan harap harap cemas. Alvin menggeleng.
”ada urusan lain katanya” lalu alvin dan sivia pun bergegas pergi kerumah shilla. Sesampainya disana.
”kenapa alv?”tanya sivia pada alvin yang berjalan di belakangnya
”yakin shilla bakal maafin aku vi?”tanya alvin ragu ragu. Sivia tersenyum, meraih tangan alvin menggenggamnya untuk meyakinkannya.
”aku tau gimana sifat shilla, bahkan jauh sebelum kita kesini dia pasti dah maafin kamu”
Sivia menekan bel rumah shilla, shilla yang kebetulan ada di ruang tv dekat ruang tamu berlari ke arah pintu.
”sivia alvin”sapanya. Sivia tersenyum sementara alvin hanya menunduk. Shilla mempersilahkan keduanya masuk. 30 menit berlalu mereka bertiga hanya terdiam tak ada yang berani memulai pembicaraan.
”jadi siapa yang menang?’tanya shilla tiba tiba. Alvin dan sivia saling berpandangan sama sama tak mengerti maksud shilla.
”maksud loh apa?”tanya alvin polos
”aku pikir kita sedang lomba lama lamaan ga bicara, dah 30 menit loh masa gak ada yang menang?”shilla asal. Mau tak mau alvin tersenyum mendengar kata kata shilla walaupun garing setidaknya bisa mengurangi kegugupan dirinya.
”gue mau minta maaf shill soal kejadian kemarin.....”alvin pun bercerita semua nya....
************
Rio berjalan menelusuri koridor yang sepi, sambil sesekali menoleh ke arah zahra yang berjalan disampingnya. Dan untuk kesekian kalinya zahra tersenyum membalas tatapan rio yang penuh tanda tanya. Buat apa zahra mengajaknya kerumah sakit?itu pertanyaan yang sedari tadi lalu lalang di benak rio dan masih banyak pertanyaan lainnya.
”aku akan mengajak mu bertemu seseorang”
”siapa?”tanya rio
”seseorang yang telah mengajari ku banyak hal”
rio melihat perubahan ekspresi zahra ketika ia mengucapkan kata seseorang. Ekspresi yang sama yang pernah ia lihat dari shilla saat ia menyatakan cinta. Sampai di ujung koridor mereka berbelok ke arah kanan. ”BAGIAN KEJIWAAN” itu yang di baca rio di sebuah papan penunjuk. Apa sebenarnya yang mau zahra tunjukan?rio semakin tak mengerti. Rio berjalan terus mengikuti zahra sampai langkahnya berhenti di sebuah taman.
”tunggu disini ya yo” zahra berjalan ke tengah taman menghampiri seorang laki laki dan perempuan yang sedang duduk di salah satu bangku taman itu. Rio tak bisa melihat siapa yang di hampiri zahra karena kedua orang tsb membelakanginya. Laki laki itu pun berdiri dan membalik badan.
”gabriel”seru rio, agak nya gabriel pun sama terkejutnya dengan rio. Tapi ia tetap tenang berjalan bersama zahra dan menghampiri rio.
“iyel ini rio yang sering ku ceritakan itu”ujar zahra. Gabriel tersenyum mengulurkan tangannya pada rio. Dengan ragu rio menyambut tangan itu.
“bisa bawa ibu balik ke kamar?udah waktunya ia istirahat”gabriel pada zahra. Gadis itu pun mengangguk dan berjalan kembali kearah bangku taman mengajak berdiri seorang wanita yang tadi duduk dg gabriel. Mereka pergi menuju salah satu kamar di depan taman.
“dia nyokap gue”gabriel seperti tau yang rio pikirkan. Tapi ia butuh lebih banyak penjelasan akan banyak hal. Gabriel mengajak rio berkeliling taman kecil itu.
“zahra cerita banyak tentang lo tapi gue ga pernah nyangka kalau ri o yang dimaksud adalah mario stevano idola cewek2 di skolah, dan pacar dari sahabat gue” rio tersenyum mendengarnya tunggu!sahabat?itu berarti shilla?
“shilla itu cewek paling baik yang pernah gue kenal pastinya sebelum zahra...”gabriel tertawa rio juga iku ikutan.
“ia satu satunya orang yang datang merangkul gue disaat yang lain sibuk mencemooh gue”wajah gabriel seketika berubah sedih dan rio semakin tak sabar mendengar cerita rio.
“gue kenal shilla saat umur gue 8 tahun waktu itu kita kelas 4 sd saat itu adl saat terberat dalam hidup gue ortu gue cerai bokap gue kabur dan nyokap gue...yah spt yang lo liat sekarang”
gabriel menarik nafas panjang, melanjutkan cerita.
“waktu itu gue hampir mau bunuh diri loncat dari gedung lantai 6 sekolah gue saat itu shilla datang ia ngulurin tangannya dan bilang semua akan baik baik saja dan entah kenapa gue percaya bahkan sampai detik ini”
“kenapa mesti di sembunyikan kalau Cuma persahabatan?”tanya rio
”karena gue pengecut gue takut lo dan semua anak di sekolah ga bisa nerima gue lagian sapa sih yang mau berteman sama anak broken home yang ibunya di rawat di rumah sakit jiwa” gabriel tersenyum kecut di akhir kalimatnya.
”lo pikir kita semua sepicik itu?buat gue lo itu gabriel stevent damanik cowok dewasa yang jago banget ngegitar dan juara KIR smu se nasional ga lebih!!”
”lo bedua tu mang jodoh ya?”
“maksud lo?”
“kata kata lo persis banget sama yang pernah shilla bilang ke gue” Rio  nyengir sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“satu pertanyaan lagi buat loh?”
”pernah?” rio heran bagaimana gabriel tau apa yg ingin dia tanyakan. Ya rio ingin tanya apa iyel pernah suka sama shilla.
”bahkan berulang kali dan berulang kali juga gue ga bisa bilang ke dia perasaan gue sebenarnya, sampai suatu hari...”iyel menggantungkan ceritanya membuat rio penasaran.
”untuk pertama kalinya dia senyum selembut itu waktu ngelihat seorang cowok saat itu juga gue sadar kalau shilla dah jatuh cinta dan gue akuin cowok itu mang pantas buat shilla”
 jadi shilla pernah jatuh cinta sama cowok lain pikir rio. Ia jadi penasaran dengan cowok itu.
”lo mau tau ia siapa?” rio mengangguk lemah ia ingin tau tapi tak ingin dengar siapa namanya.
”mario stevano aditya haling, loh dodol” ujar gabriel di susul toyoran di kepala rio. Rio jadi cengar cengir tak karuan. Lalu memeluk gabriel.
“idih najis gue!!! lepasin ga yo”teriak gabriel mereka lalu tertawa
“seru banget kayaknya”ujar zahra yang baru datang.
“kok kesini ibu sama sapa?”tanya gabriel
”ada shilla ma 2 temennya, tadi mereka ngelihat kalian berdua lagi ngobrol serius makanya mereka langsung ke kamar ibu aja”jelas zahra.
Tak lama shilla alvin dan sivia pun datang.
”maafin gue ya yel”ujar alvin
“ga pa pa ini Cuma salah paham aja kok ya kan yo?” gabriel melirik kearah rio yang tersenyum.
“jadi semua dah clear kan”tanya sivia
”udah donk”ujar iyel sambil merangkul rio dan alvin
”ada yang belum?”ujar zahra melirik ke arah rio dan shilla. Yang lainnya pun mengerti dan meninggalkan mereka berdua.
”maafin rio ya shill”rio menggenggam tangan shilla. Shilla balas genggaman itu kangen juga rasanya. Shilla tersenyum lembut. Apa seperti ini senyum shilla yang gabriel maksud?mungkin saja tapi shilla memang terlihat cantik sekali batin rio.
”kenapa melamun?” tanya shilla
Rio berdiri mengulurkan tangan nya pada shilla dan membungkukan badannya.
”maukah kau berdansa dengan ku?”ujarnya seperti pangeran dalam dongeng. Shilla menyambut tangan itu.
Meski waktu datang dan berlalu
Sampai kau tiada bertahan
Semua takkan mampu mengubahku
Hanyalah kau yang ada di relungku


Hanyalah dirimu
Mampu membuatku jatuh dan mencinta
Kau bukan hanya sekedar indah
Kau tak akan terganti

Rio menyenandungkan lagu itu dengan lembut dan penuh perasaan. Pandangannya tak pernah lepas dari mata shilla.
Kau tak akan terganti....
Ri o mengakhiri lagunya dan memeluk erat shilla.

Aku hampir saja kehilangan mu tapi mulai detik ini aku berjanji takkan pernah meninggalkan mu atau membiarkan kau pergi janji rio dalam hati.

Sahabat mereka yang memandang dari jauh hanya ikut tersenyum. Tanpa sadar alvin ikut merangkul sivia. Begitu juga dengan iyel dan zahra.
”kamu gak minta boneka mu dari rio?”tanya gabriel pada zahra
”ada kenangan yang lebih baik hanya mjd kenangan”zahra tersenyum di akhir kalimatnya ia semakin mempererat pelukannya pada gabriel.
”yah kau benar” ujar gabriel di akhiri dengan kecupan lembut di kening zahra. 

Rabu, 16 Mei 2012

FRIST PAGE (CERPEN)

FRIST PAGE
Hope You Like It>>>>>>>>>

“pagi semua”sapa seorang gadis pada ke 4sahabat'ny
“drmna aja neng? kok jam sgni baru dteng?”tny slah satu sahabat’ny
“hehehe... bangun kesiangan”jwab gadis itu
“aelah ag,, kayak gak tau si zevana aja”kata sahabat’ny yg lain
“betul thu ag kata si via,, si zeze kan suka yg pling telat dateng dari kita ber5”tambah sahabat’ny yg lain
“uda donk vie, shill... demen bnget sich ngejek gw”kata zeva
“piisss... ze,, kagak maksud”kata shilla
“hehehe... saya cinta damai.. tapi bner kan kata gw? elo yg pling ngaret”kata via tpi ujung”ny ngledek lagi
“udah udah udah”lerai agni
“eh,, tdi pas gw lwat kantor klo gak salah dnger kta’ny ada murid baru d’klas qta loh”kata zevana
“huuu... pnya hoby kok nguping”kata agni
“yyeee... gw gak nguping kali.. kan gw uda blang.. pas gw lewat kedengeran"bantah zevana
"murid'ny cowok ato cewek ze?"tnya via
"kata'ny cowok"jwb zevana
"cakep gak?"tnya shilla yg lngsung smangat
"yyeee.. elu shill,, denger kata cowok lngsung smangat"kata via
"tdi pas gw liat skilas d'ruang guru kayak'ny cakep"jwb zevana
"asyik dach ada cwok cakep"kata shilla seneng
"eh eh eh,, thu bocah knpa?"tnya zevana ke shbat"ny yg liat ify ngelamun
"biasa lah Ze,, Ify pagi" uda demen ngelamun"kata agni yg gk heran lgi liat ify ngelamun

sekilas ttg mereka>>>

Sivia, Ify, Zevana, Agni, Ashilla/Shilla. mereka biasa d'sebut SIZAA
mereka sdah bersahabat sejak SD sampai skrng yg sudah SMA
mereka ber5 mempunyai kepribadian yg berbeda-beda
Sivia > cewek yg bawel, cantik, rajin, dan ramah.
Ify > cewek yg pnya hoby ngelamun, rajin, tapi dingin sama cowok.
Zevana > cewek yg gak jauh beda sama Sivia
Agni > cewek yg kliatan'ny tomboy
Shilla > cewek yg feminim, pling suka shooping.

back to story>>>>

Tettt... Tettt... Tettt.... bel masuk berbunyi
semua murid langsung mnju tempat duduk msing"
"selamat pagi anak-anak"sapa bu ira slaku wali kelas Xa
"pagi bu"jwb murid" kompak
"kali ini kalian kedatangan murid baru.. silahkan masuk nak"kata bu ira
"masuk lah seorang cowok dg postur tubuh tinggi, berkulit hitam manis
"silahkan perkenalkan dirimu"perintah bu ira
"perkenalkan nama saya Mario Stevano Aditya Haling..
kalian cukup panggil saya Rio,, pndahan dari Manado..
mohon bantuan'ny.. Makasich"kata Rio memperkenalkan diri dg snyum manis'ny
semua murid pada terpesona sama Rio termasuk SIZAA kecuali Ify yg lgi mnikmati kegiatan'ny yaitu ngelamun(?)
"ada yg ingin bertnya pada Rio?"tny bu Ira pada murid"ny
"Rio, udah pnya pacar blom?"tny salah satu cewek. Rio cuma menggeleng smbil tersenyum
"gile,, thu cowok ganteng banget"batin agni sambil liatin Rio
"woww... cakep banget thu cowok"batin Sivia smbil liatin Rio
"bener dach kata si Zeze.. thu cowok cakep banget"batin Shilla
"ternyata penglihatan gw gak buruk" amat.. thu cowok memang cakep"batin Zevana
tak jauh beda dri mereka ber4,, temen" mereka pun jga kayak gtu.. kalo si ify sich? masih ngelamun
"baik lah Rio kmu duduk di samping Ify"kata bu Ira smbil nnjuk tmpat dmn ify berada
memang ify duduk sndrian,, shilla duduk sama Zevana.. Sivia duduk sama Agni...
"baik bu"jawab rio yg langsung mnju tmpat dduk ify.. klo ify sich cuek dech...

skipppp>>>>>>>

@kantin
meja ify dkk
"gile thu si rio.. cakep banget dach"kata agni yg lgi ngebayangin wjah rio
"senyum'ny thu loh? manis banget"kata shilla smbil liatin rio yg lgi kumpul breng iyel, alvin, cakka
"gw setuju sama kalian b2.. thu bocah ganteng banget"kata sivia yg ngebayangin rio lgi senyum
"perfect dech si rio.. keren, ganteng, manis"kata zevana yg jga liatin rio
ify yg ngerasa shabat"ny pda aneh jdi bngung sndri
"eh,, btw Rio thu siapa sich?"tny ify dg WATADOS
"ya ampun ify,, elo thu kmna aja? prasaan dy sebangku sm loe dech"kata agni
"ify ify,, maka'ny jgn kbanyakan ngelamun donk"kata shilla
"fy,, dy thu tmen sebangku loe.. masa gak knal sich?"kata zevana
"oalah,, dy toh? kagak ada mnarik"ny ah"kata ify
"gile lu ya fy? cowok perfect kayak dy loe blang kgak ad mnrik"ny? ckckckk"kata sivia
"bomat dach,, eh jgn bilang elo smua jatuh cinta sama dy?"selidik ify
"hehehe... sayang'ny iya fy"jwab shillviagze kompak
"terserah kalian lah.. yg jlas gw gk ada rasa sama riorio itu"kata ify
meja rio dkk
"eh,, yel,, gw mw tnya bleh gk?"kata rio
"bleh lah,, mang mau tnya apa sich?"tnya iyel
"cewek yg sbangku sm gw thu siapa sich?"tnya rio
"ify maksud loe? mang elo belum knlan sama dy?"tnya iyel balik
"oalah.. nma'ny ify toh.. boro" dech.. ngobrol aja kagak prnah"jwab rio
"ngapain elo tnya" ttg ify?"slidik alvin
"gpp.. dy cantik ya"kata rio smbil ngebayangin wajah ify
"elo suka sm dy ya? ayo ngaku.."kata cakka heboh
"hehehe... iya"jwb rio smbil cengengesan
"elo kudu nyairin(?) es batu dlu yo"kata iyel
"maksud loe?"tnya rio gak ngerti
"dy thu dngin sama cowok"kata alvin
"oOoOooo... bakal gw cairin dech"kata rio
"cara'ny?"tnya cakka
"pake api kali"jwb rio asal

skiippppppp>>>>>

sudah hampir 2 bulan Rio memendam perasaan'ny ke Ify
sama seperti SZAA yg jga mmendam perasaan'ny ke Rio
kini saat'ny Rio ungkapin perasaan'ny ke Ify
Ify ktemuan sm Rio wktu plg skull tnpa spengetahuan SZAA
Rio yg mnta bwt ktemuan
@taman blkang skull
"fy,, gw cuma mau jujur sama loe"kta Rio yg ada d'hadpan Ify
"apa?"tny Ify dingin
"gw suka sama loe,, gw cinta sama loe.. loe mau gak jdi pcar gw?"kata Rio hati"
ify yg lgi nnduk mndengar itu tersentak kaget
suasana hening terjdi d'sna
1detik

2detik

3detik

4detik

5detik

ify blum jga jwb

tiba" brukkk...

ify yg dnger itu lngsung ndongak,, di lihat'ny Rio jatuh ketanah
ify yg mengetahui Rio pingsan dg darah segar keluar dri hidung'ny lngsung bawa Rio ke RS
@RS
Rio lngsung di bwa ke UGD,, d'ruang tnggu Ify gak bisa tenang...
dy mndar-mandir smbil bawa tas n hp rio
ify pun lngsung ngotak-atik kontak hp rio
d'cri'ny nmor mama n papa rio
stelah ktmu ify lgsung nelpon mereka
gak lama kmudian ortu rio n adik'ny rio dateng
"gmn keadaan rio nak?"tnya mama rio kpd ify
"saya blum tau tante.. dokter blum keluar drtdi"jwb ify dg tangis'ny
"ini pasti dampak gara" rio gak mau mnum obat"kata mama rio yg khawatir bnget
"udah mah,, tenang,, kita berdoa saja"kata papa rio yg sdang menenangkan mama rio
"kakak kak ify ya?"tny ray kpd ify
"iya, gw ify"jwb ify
"kak, ikut gw bntar yuk"ajak ray
ray n ify pun langsung ke taman RS
"kak, kak rio sering cerita ke gw ttg loe"kata ray yg dduk d'bngku tmn
"cerita apa aja?"tnya ify yg ikut ddukd'smping ray
"dari pertama dy dduk sbngku sm loe, dari sikap dingin loe ke cowok", dan sampai dy pnya perasaan ke elo"kata ray
"elo itu firs love dy kak"lanjut ray
"orang" memandang bahwa kak rio itu sempurna. kak rio yg cakep, pinter,manis, kebanggaan org".
kak rio yg slalu tersenyum d'saat dy susah. kak rio yg tegar menghadapi cobaan.gw kadang iri kak sm kak rio.
apa yg gk gw pny, ada d'kak rio smua. tpi kak rio jga bisa lemah, dan gak kuat saat penyakit'ny kambuh.."jelas ray dg suara gemetaran
"penyakit? kambuh? maksud loe thu apa ray?" tnya ify yg msh bngung
"kak rio kena leukimia kak.. stadium akhir"kata ray yg uda nangis
"BOHONG.."bentak ify ke ray
"gw gk bhong kak.. gw harap elo kuat.. balik ke kamar kak rio yuk kak"ajak ray
"yaudah,, yuk"kata ify smbil hapus airmata'ny
"oya kak,, elo jgn blang ke siapa" ya.. yg tau msh keluarga gw n skrg elo"kata ray
"iya"

skipppp >>>>>

skarang ify dket sm rio,, n ify merima cinta rio wlau sbnar'ny dy gak cinta sama rio,, tpi ini demi kebahagiaan rio..
skrg shabt" ify pda bnci sm ify gra" kta'ny ify gak skua sm rio,, tpi kok mlah jdian..
smua tmen" ify n rio pda gk tau klo rio skit leukimia
rio selalu sm ify,, ify slalu ada sm rio dlm suka maupun duka..
dmna pun brada ify sllu jaga rio,, terkadang rio merasa merepotkan ify..
tpi ify sllu blang klo dy gak merasa d'repotin...
mereka sering bnget maen ke danau..

@danau
""fy,, makasich ya"kata rio yg lgi tiduran d'pngkuan ify dg wjah pucet bnget
"buat?"tny Ify mnatap rio
"buat semua'ny,, buat kesabaran loe ngejaga gw,, buat pengorbanan loe,,
gara" gw, elo d'bnci sm shbat" loe "kata rio
"elo ngmong apa sich yo? udah donk.. yg jlas elo hrus berusaha buat sembuh"kata ify yg mata'ny mulai berkaca"
"gw capek fy,, gw pngen istirahat.. gw pngen tidur"jwb rio menatap ify tajam
"elo gak bleh ngomong kyak gtu yo,, elo harus smbuh"kata ify yg uda nangis sejdi"ny
"bye fy.. gw sa..yang.. sama loe"kata rio yg lngsung mnutup mta"ny
"yo,, bngun donk.. yo,, jgn tnggalin gw"kata ify yg nangis smbil goyang"in bdan rio
tapi hasil'ny nihil.. rio uda pergi jauh.. dan gak akan kmbali untuk slmanya...

skippp>>>>>>

seusai pemakaman rio, ray lngsung mnghampiri tmen" rio
d'sana ada ify,, shilla,, agni,, zevana,, gabriel,, alvin,, cakka
"kakak" smua,, gw pny ini bwt kalian.. dari kak rio sblum mnggal"kta ray yg ngasih sbuah novel ke mreka satu"
"novel?"tnya iyel
"iya.. novel karya kak rio"kata ray yg lngsung pergi

skipp >>>>>
mereka smua plg krmah msing" bwt baca novel karya rio

novel yg berjdul MY FIRST PAGE

pada hlman pertama mnceritakan persahabatan SIZAA
novel yg mncerita kan kebahagiaan pershabatan SIZAA
dan sampai persahabatan SIZAA hancur..
novel yg mnceritakan kisah cinta Ify dan Rio
novel yg mnceritakan kehidupan Rio
novel yang menceritakan ttg penyakit Rio

pada akhir novel bertuliskan :

Kini aku sadar,, ternyata gadis yang selalu ada bersama ku..
gadis yang selalu menemani hidupku... gadis yang aku cintai...
ternyata tak mencintaiku..
dia mengorbankan persahabatannya demi kebahagiaan ku..
demi hari-hari terakhirku bersama'ny..
banyak" terima kasih buat kamu dan kalian yang telah menemani ku slama ini..

lewat novel itulah Rio menceritakan apa yang terjadi pada hidupny

dan sejak itu persahabatan SIZAA mulai bersatu
kini Ify sudah bersahabat lagi dg SZAA

>>>>>>>>>>>>>>THE END<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<<



Senin, 07 Mei 2012

Unilateral love 1 (Cerpen Ovin)

Unilateral Love Bagian 1 (Cerpen Ovin)

rio rise

CRAG… itulah singkatan dari Cakka Rio Alvin dan Gabriel dan merupakan nama grup mereka berempat. 4 cowo cool ini adalah selebritis di SMA Citra Bangsa terlebih lagi salah satu dari mereka itu adalah ketua osis yang ramah, yaitu Cakka. Gabriel juga anggota osis yang ia sebagai wakil cakka, rio sendiri sekertarisnya. dan alvin sebagai bendahara. Cakka orang yang mungkin terlalu baik, terbuka, dan selalu ada untuk sahabatnya… Rio orang yang paling bawel diantara mereka ber4… Alvin berbanding 180 derajat dengan rio, alvin adalah orang yang sangat easy going n cuek, kerjanya hanya membaca komik, banyak yang bingung bagaimana bisa nilai bahasa alvin selalu tinggi padalah dia paling malas berbicara… Gabriel cowo jangkung ini, kerjanya cuman satu, pasang earphone dengerin musik.

Di SMA Citra Bangsa, ada seorang gadis, yang Bernama Oik. Oik Cahya Ramadlani. Seorang gadis mungil yang sangat mengidolakan Alvin. dan gadis mungil yang sangat di cintai oleh cakka. Cakka Dan oik adalah sahabat. Rumah cakka tak terletak jauh dari rumah oik. Mungkin hanya berjarak dua rumah dari rumah cakka. Cakka dan oik juga selalu berangkat bersama. Dan banyak yang mengira bahwa mereka pacaran. Tapi setiap oik ditanya oleh temannya ia hanya menjawab ‘cakka itu temanku’ begitupun sebaliknya

Pagi ini. Cakka Dan oik berangkat bersama. setiba disekolah. Oik menuju kelasnya. Kelas XI Ipa-2. Cakka juga ke kelasnya kelas XI Ipa-A tepat disamping kelas oik

“pagi ik” sapa sivia
“pagi” balas oik lalu duduk dibangkunya
“makin mesra aja nih” ledek ify
“siapa? Aku ama cakka?” tanya oik. Kedua sahabatnya mengangguk
“mesra sebagai sahabat memang” balas oik
“sebagai pasangan kekasih juga ik” kata ify
“kalian ngomong apa sih. Aku tuh gk suka sama cakka. Aku tuh sukanya sama alvin”
“iya sukanya sama alvin. Sayangnya sama cakka” balas sivia
“hikz terserah kalian deh. Lagipula cakka juga anggap aku sebagai sahabat”
“kenapa sih kamu suka sama banget sama alvin. Kayak alvin suka aja sama kamu”
“yah cakka bilang gitu”
“bego kamu ik. Cakka tuh gk mau kalau kamu sakit hati. Kalau dia bilang alvin gk suka sama kamu”
“kalau aku jadi kamu yah ik. Aku lebih baik milih cakka daripada alvin. Apa sih kurangnya cakka, bahkan menurut aku cakka lebih baik dari alvin”
“aku gk ngerti sama omongan kalian”
“ik cakka tuh sayang sama kamu gk cuman sebagai sahabat tapi lebih dari itu. Kalau suatu saat nanti cakka nyatain perasaan itu ke kamu. Apa kamu tega nolak cakka yang selama ini selalu ada untuk kamu”
“cakka gk mungkin suka ataupun sayang sama aku”
“terserah kamu deh ik yang penting kita udah ngomong”
“kenapa sih pada menjudge kalau cakka tuh sayang sama aku” batin oik

****
Sore hari… CRAG baru saja selesai main basket. Mereka sering ke basecamp untuk bermain basket. Alvin lalu duduk dipinggir lapangan. Sedangkan cakka rio dan gabriel, bersenda gurau di tengah lapangan.

Selama bersahabat alvin terbilang selalu menghindar dari ketiga sahabatnya jika sahabatnya sedang bercanda. Tak ada yang tau kenapa alvin seperti itu kecuali cakka. Mereka hanya tahu alvin itu cuek. Alvin juga terbilang sangat tertutup bahkan pada sahabat sendiri. Ia jarang berbicara tentang kehidupannya. Bukan berarti tak pernah. jika berbicara tentang kehidupan dia, dia hanya bilang orang tuanya sudah bercerai dan ia tinggal dengan mamanya. Dan kejadian-kejadian di rumahnya. Hanya itu, tak seperti dengan rio, yang selalu menceritakan baik dan cantiknya gadis pujaannya. IFY. Gabriel, yang selalu bercerita tentang hubungannya dengan sivia

Cakka menghampiri alvin. Tapi langkahnya terhenti saat melihat seorang gadis sedang duduk disamping alvin

“nih minum dulu! Pasti capek?” kata seseorang sambil menyerahkan sebotol air mineral pada alvin. Alvin menoleh. Gadis itu tersenyum, alvin lalu menerima botol tersebut lalu meneguknya. Cakka yang melihatnya lalu tersenyum dan pergi
“makasih” balas alvin sambil menyerahkan botol air mineral itu pada pemiliknya
“buat kamu aja. Pasti kamu gk bawa air lagi dari rumah” kata gadis itu
“ada koq” balas alvin lalu memeriksa tasnya untuk mencari botol yang ia bawa tadi
“gk ada?” tanyanya lalu mencari sosok cakka. Cakka tersenyum jail ke arahnya
“damn!” umpatnya dalam hati
“gk ada kan?” tanya gadis itu
“kayaknya aku lupa deh ik. makasih minumnya” kata alvin berusaha tulus
“sama-sama” balas oik.
“oh iya kenapa kamu gk kesana bersenda gurau bareng rio, cakka, sama gabriel” tanya oik
“gk suka. Kamu sendiri ngapain kesini? Jangan bilang cuman mau bawain aku air” tanya alvin
“aku kesini karna tadi cakka sms katanya kamu lupa bawa air trus kamu ambil punya cakka, jadi cakka minta aku bawain. Pas nyampe sini, cakka sms aku bilang airnya buat kamu aja” jelas oik.
“cakka lagi! Udah dibilangin aku gk suka sama gadis ini” batin alvin
“och gitu” balas alvin lalu berdiri.
“eh main lagi yuk” ajak alvin. Ketiga sahabatnya mengangguk. Cakka menghampiri oik
“kamu tunggu disana aja. Kalau aku udah selesai main. Kita pulang bareng. Kalau kamu mau bareng alvin. Nanti aku coba bujuk dia” bisik cakka. Oik mengangguk
“makasih” balas oik. Cakka lalu bergabung dengan sahabatnya
“kalau cakka sayang sama aku, betapa bodohnya dia kalau rela mengobarkan perasaannya Dan mati-matian buat alvin agar sayang sama aku” batin oik
“sivia dengan ify pasti hanya bercanda” lanjutnya

Lama bermain hari pun sudah mulai gelap. Cakka dkk sudah selesai main basket.

                                                                                                    >>> Bagian 2 >>>

Karena GUE SAYANG SAMA LOE !

Karena Gue Sayang sama Lo
Rintik hujan mulai turun. Tetapi, cewek berlesung pipi ini belum saja mau beranjak dari kursi taman. Hujan pun turun dengan lebatnya. Hujan itu menutupi air mata sang cewek. Air mata itu tidak kalah derasnya membasahi pipi sang cewek. Hari ini tepat tiga tahun setelah kematian Raynald. Cowok yang sangat berarti buatnya.


FLASHBACK ON>>>

Sivia -nama sang cewek berlesung pipi itu- berlari di hamparan luas taman yang masih asri dan hijau. Danaunya pun masih terlihat bening dan ikan-ikan masih bisa terlihat dengan jelas berenang di dalam danau.

"Aku nggak nyangka kamu bawa aku ke tempat yang seindah ini..." ujarnya begitu ia melihat pemandangan yang ada di taman ini.

"Raynald!" ucapnya, sambil membenarkan kerah kemejanya dan tersenyum puas. Sudah lama ia ingin mengajak gadis kecil berumur 13 tahun itu untuk kesini.

Tanpa pamit, Raynald meninggalkan Sivia yang sedang menikmati pemandangan di taman itu sendirian. Ia sengaja ingin mengambil mawar putih kesukaan Sivia yang ada disebrang taman dan ingin memberinya kepada Sivia. Dengan antusias dan sangat riang, Raynald melangkah menyebrang taman tanpa melihat kanan dan kirinya.

Tiba-tiba saja mobil sedan berwarna biru pekat lepas kendali dan brukkk... mobil itu sukses menabrak tubuh Raynald. Sivia mendengar suara kecelakaan itu. Dengan sigap, ia menoleh kearah sumber suara. Matanya melotot, mulutnya ternganga. Sivia segera berlari kearah kecelakaan itu.

"RAAAAAAYY!!!!!!!!!" teriaknya histeris. Ia memeluk erat tubuh sang cowok yang sudah berlumuran darah. Ray masih sadar. Ia masih bernafas. Sivia memegang pergelangan tangan Ray dan merasakan nadinya.

"Kamu masih hidup..." kata Sivia sedikit lega. Ray membuka matanya. Ia membuka mulut perlahan.

"Tolong.....am...bil...ma...war....pu....tih....i....tuuuu.." ucap Ray dengan terbata-bata. Sivia menoleh ke segala arah. Seorang bapak tua yang sedari tadi ikut mengerubungi Ray dan Sivia segera mengambil mawar putih itu. Diberikannya mawar puth itu kepada Ray.

"Ini buat kamu...." lirih Ray. Sivia hanya menangis dan menerima mawar putih itu dari Ray. "Jangan nangis, Via. Karena aku nggak sanggup liat kamu nangis," kata Ray sedikit lancar. Sivia hanya tersenyum dan menghapus air matanya. Tapi, tetap saja air matanya keluar begitu saja dari matanya.

"Kalau aku pergi, aku harap kamu jangan tangisi aku. Aku benar-benar nggak mau lihat kamu nangis." kata Ray.

"Kamu ngomong apa sih, Ray!" maki Sivia. Air matanya tak berhenti untuk membasahi pipinya.

"Aku sayang sama kamu, Via." ucapan terakhir Ray. Ray segera menutup matanya dan ia tak akan kembali lagi. Ia tak akan hidup kembali. Ray tidak akan bersama Via lagi. Ray tidak akan mengantar Via untuk ke taman yang indah ini lagi. Hari pertama Sivia untuk melihat taman ini dan hari terakhir Sivia untuk melihat Raynald.

FLASHBACK OFF>>


Sivia membuka sebuah kotak berwarna hitam dengan dihiasi polkadot berwarna putih. Dibukanya kotak itu dengan perlahan dan sangat hati-hati. Didalamnya cuma ada satu benda yang memiliki sejuta kenangan yang tersimpan didalamnya. Mawar putih (yang layu) itu.

Mawar putih itu bertambah layu ketika mawar itu diguyuri air hujan yang lebat. Dengan segera Sivia menutup kotak itu dan segera meninggalkan taman yang memiliki sejuta kenangan itu. Dengan basah kuyup, ia segera kembali ke rumah untuk beristirahat.


Kini, Sivia sudah berumur 16 tahun. Sejak kematian Ray, ia memilih untuk homeschooling ketimbang harus masuk ke sekolah dan bergaul dengan teman-teman. Sivia menjadi pasif dalam berkomunikasi. Orang tuanya pun sangat khawatir dengan keadaan Sivia. Akhirnya, orang tua Sivia memutuskan untuk menyekolahkan Sivia di Semarang bersama Om dan Tantenya. Om Dave dan Tante Winda.

Hari ini, Sivia sudah berada di stasiun Gambir, Jakarta. Ditemani oleh sang ayah dan bunda. Kebetulan Sivia anak tunggal. Ia tidak punya saudara. Sivia akan menaiki kereta Argo Muria jurusan Semarang. Sendirian.

"Bunda nggak apa-apa kalo Ayah kerja Bunda sendirian nggak ada Via?" tanya Sivia untuk ketiga kalinya. Sejak pagi ia sudah bertanya dengan pertanyaan yang sama seperti itu kepada sang Bunda.

"Bunda nggak apa-apa, Via. Agni kan mau tinggal dirumah selama kamu di Semarang." jawab Bunda sambil mengelus puncak kepala Sivia.

"Tapi Kak Agni kan kuliah, pasti juga bakal jarang dirumah." kata Sivia lagi.

"Kampusnya kan dekat, Sivia. Sudahlah, nggak usah khawatirin Bunda. Bunda nggak akan kenapa-kenapa." kata Bunda, tersenyum.

"Iya, Via. Kamu baik-baik disana. Jangan nakal sama Om Dave dan Tante Winda ya," pesan Ayah. Tiba-tiba suara informasi pun terdengar dan suara kereta juga mulai terdengar. Argo Muria pun datang tepat didepan Sivia. Sivia pun pamit kepada kedua orang tuanya.

"Hati-hati, Nak!" Sivia tersenyum dan masuk kedalam kereta. Tak lama, kereta itu perlahan-lahan mulai berjalan


Pukul 14.00.

Sivia sudah sampai di stasiun Tawang, Semarang. Ia segera turun dari kereta. Ditariknya kopernya yang cukup besar dan mencari Om dan Tantenya.

"Sivia!!!!!" teriak seseorang yang sangat Sivia kenal. Sivia segera menoleh dan tersenyum. Tante Winda memeluk keponakannya itu.

"Syukurlah, kamu sudah sampai." kata Tante Winda. Sivia hanya tersenyum manis.

"Yuk, pulang!" ajak Om Dave. Mereka bertiga pun akhirnya pulang.

---

Sivia bersama Om dan Tante nya sudah sampai dirumah. Ia terpukau dengan kemegahan rumah milik Om dan Tante nya itu. Selama ini, ia belum pernah ke Semarang. Hanya Om dan Tante nya saja yang datang ke Jakarta. Dibukanya pintu rumah oleh Om Dave.

"Welcome, Via!" ucap Tante Winda dan Om Dave. Sivia hanya tersenyum senang.

"Rumah sepi nih kalo jam segini. Shilla sekolah. Ify sekolah di Magelang. Alvin nya les piano. Tapi Shilla juga bentar lagi pulang kok." kata Tante Winda sambil menunjukkan kamar untuk Sivia. "Kamar mu disini, Vi. Disitu kamarnya Shilla. Sampingnya kamar Alvin. Sebenarnya ini kamar Ify, tapi dia lagi sekolah di Magelang. Ya, jadi kamu aja yang nempatin ya." kata Tante Winda.

"Makasih Tante..." kata Sivia. Tante Wnda segera turun kebawah untuk menyiapkan makanan.

Sivia menutup pintu kamar dan melihat-lihat kamar barunya. Ia melihat foto keluarga milik Ify. Difoto itu, Om Dave, Tante Wnda, Ify, Shilla dan Alvin tersenyum senang. Dilihatnya lagi foto tiga bersaudara itu dan ada tulisannya. Alyssa - Ashilla - Alvin.

Tok.. Tok.. Tok.. Sivia segera membuka pintu kamarnya.

"Sivia!!!!!!!!!" teriak Shilla sambil memeluk sepupunya itu.

"Shilla!!!" balas Sivia. "Makin cantik aja lo, Shill." puji Sivia.

"Aih! Lo jugaaa" kata Shilla.

"Kak Ify kemana sih?" tanya Sivia.

"Kak Ify sekolah di Taruna Nusantara. Ya, dia mau nya sekolah asrama gitu. Gue sih nggak mau. Oh iya, besok lo mulai sekolah bareng gue. Di SMA Citra. SMA paling elit di Semarang. Hahaha.." tawa Shilla. Sivia hanya tertawa. Akhirnya, mereka pun mulai bercerita-cerita tentang pengalaman mereka masing-masing.


SMA Citra Semarang

Sivia segera melangkahkan kakinya bersama Shilla dan Alvin. Shilla seumur dengan Sivia yaitu kelas XI. Sedangkan Alvin masih kelas X.

"Gue duluan kekelas, Kak!" kata Alvin lalu segera berlari kearah kelasnya.

"Nah, Vi. Kita ke ruang administrasi dulu yuk. Ada titipin dari Mama sama kita cari kelas buat lo." kata Shilla. Sivia hanya mengangguk.

Setelah dari ruang administrasi, Sivia segera melangkahkan kakinya menuju kelasnya. Ternyata, kelasnya bersebelahan dengan kelas Shilla. Ia mengetuk pintu. Seorang guru mempersilakan untuk masuk dan memberi kesempatan kepada Sivia untuk memperkenalkan dirinya.

"Nama saya Sivia Azizah, saya pindahan dari Jakarta. Dimohon bantuannya teman-teman!" katanya, sambil tersenyum.

Banyak pertanyaan yang nggak penting dari teman-teman barunya Sivia. Seperti...

"Lo pindahan darimana?"

"Rumah lo dimana?"

"Udah punya pacar belom?"

"Bagi nomor handphone nya dong!"


Di sekolah, Sivia hanya mengenal Shilla dan Alvin. Ia masih belum bisa untuk berbaur dengan teman-temannya. Tetapi, Alvin lebih memilih untuk menjauh dari Shilla dan Sivia. Dia lebih akrab bersama teman-temannya dan sangat cuek dengan kedatangan Sivia.

"Alvin tuh kenapa ya Shill sinis banget sama gue?" tanya Sivia, sebelum mereka berdua memasuki kantin.

"Alvin emang gitu. Dirumah dia tuh paling jarang ngomong. Udah kayak dibatesin ngomong aja sama nyokap." jawab Shilla. Tiba-tiba saja ada seseorang yang menabrak tubuh Sivia. Sialnya, seragam baru Sivia terkena minuman dan makanan yang dibawa si penubruk itu.

"Aduh!!" keluh Sivia.

"Eh sorry-sorry.." katanya, minta maaf.

"Aduh lo jalan pake mata dong! Baju gue baru nih udah kotor lagi deh," keluh Sivia.

"Iya, maaf-maaf. Buru-buru nih. Bye!" kata si penubruk itu.

"Siapa sih itu Shill?" tanya Sivia. Shilla terlihat diam. Ia tak menjawab perkataan Sivia. "Shill..." panggi Sivia.

"Ehm, dia Gabriel." jawab Shilla, singkat.

'Aneh' respon Sivia dalam hati. Kemudian, ia dan Shilla melanjutkan kembali bercandanya dan segera menuju kekelas.



'Tu cewek cantik banget. Tapi judes banget, buset dah...' ucap seorang cowok dalam hati. Dia adalah Gabriel.

"Woyy!!!!!!!! Bengong aja lo!" teriak sahabat Gabriel, Cakka.

"Somplak!!!" kata Gabriel sambil menoyor kepala Cakka.

"Mikirin siapa lo? Mikirin gue ya?" tanya Cakka, genit.

"Gue masih normal, Cakkkkk!"

"So?" yang ditanya diam saja.

"Ehem, Yel, lo kan jomblo." kata Cakka.

"Gue bukan jomblo. Gue single!" tegas Gabriel. Cakka hanya nyengir.

"Whatever lah darling. Cewek gue punya sepupu. Cantik banget!!! Sumpah deh gue tadi liat. Rencananya, kita mau ke cafe, siang ini abis pulang sekolah. Lo mau ikut?" tanya Gabriel.

"Ehem, boleh deh. Jadi penasaran." kata Gabriel.




@ Cafe

Cakka dan Gabriel sudah sampai disebuah cafe ternama di Semarang. Mereka berdua memesan cappucino dan hot chocolate sambil menunggu yang mereka 'tunggu'.

"Mana cewek lo, Cak?" tanya Gabriel. Cakka hanya sibuk dengan BBnya.

"Bentar lagi sampe. Cerewet banget sih lo kayak cewek," balas Cakka.

"Lagian tadi kenapa nggak bareng aja sih?" tanya Gabriel. Cakka meletakkan BBnya di meja.

"Gabriel sayang, cewek gue tadi ada rapat osis, jadi kita disuruh duluan." kata Cakka. Lalu memainkan BBnya lagi. Tiba-tiba BB Cakka berdering.

"Cak, ringtonenya suara lo nih? Asli rombeng banget" sahut Gabriel. Cakka hanya menoyor kepala Gabriel dan segera menekan tombol warna hijau.

"Iya cintaaaaa? .... Hm aku dihatimu .... Hehe maaf aku liat kamu nih .... Oke bye!" Cakka menutup telefonnya. Gabriel mengaduk-aduk sedotan hot chocolate nya.

"Shillaaaaaaaaaa!!!" sapa Cakka tersenyum senang. Ya, pacarnya Cakka, Shilla. Yang pasti Shilla datang bersama Sivia.

"Kka, kenalin ini Sivia." kata Shilla.

"Gue Cakka. Eh, ini temen gue namanya Gabriel." Gabriel menatap Sivia dan Sivia pun menatap Gabriel.

"LO?!"Gabriel hanya cengengesan ketika melihat Sivia dan Shilla yang kini ada dihadapannya. Ia melihat seragam Sivia yang masih agak kotor.

"Eh, seragam lo masih kotor ya? Aduh sorry tadi gue nggak sengaja," kata Gabriel, nyengir.

"HEH GARA-GARA LO NIH SERAGAM BARU GUE.....KOTOR!!!!!!" teriak Sivia yang membuat semua pengunjung menoleh kearahnya.

"Via..."

"Ye, namanya juga nggak sengaja!" balas Gabriel. Lalu ia duduk kembali.

"Sok atuh duduk," ajak Cakka. Cakka, Shilla dan Sivia pun duduk. Sivia masih melotot kearah Gabriel.

'Sumpah nggak sopan abis ni cowok. Amit-amit kalo gue punya cowok kayak dia. Tetep Ray yang paling baik deh!' batin Sivia.

'Ah nih cewek mah kagak ada bedanya sama cewek-cewek lainnya. Awas aja lo, gue bikin lo naksir sama gue!' kutuk Gabriel dalam hati.

Akhirnya, Gabriel dan Sivia sama-sama main plotot-plototan. Shilla dan Cakka yang tadinya mau memesan makanan merubah jadwal acara menjadi pulang kerumah masing-masing. Pertemuan singkat itu masih berlanjut di keesokan harinya dan seterusnya.



Sudah beberapa hari ini, Alvin merubah sikapnya menjadi cowok yang friendly walaupun jatuhnya jadi garing. Biasanya, Alvin suka banget kekelas Sivia terus suka ke kantin bareng kakak dan sepupunya ini. Kadang, ngajak Sivia keruang musik cuma untuk minta ditemani bermain piano. Padahal mah, dulu biasanya sendiri.

Sivia, Shilla dan Alvin kini mau memasuki kantin. Tiba-tiba ada Cakka dan Gabriel yang lagi bawa hotdog sambil lari-larian dan bruk.... Untuk kedua kalinya, Gabriel nabrak Sivia lagi.

"ADUH! Lo tuh seneng banget nabrak gue dengan numpahin makanan-makanan lo itu ke baju gue sih?!" seru Sivia.

"Yah sorry-sorry. Siapa suruh lo didepan kantin?" kata Gabriel, enteng.

"Gue tuh mau masuk ke kantin bego!" toyor Sivia. "Cuciin baju gue!" perintah Sivia.

"Sini gue cuciin. Buka dulu baju lo!" tantang Gabriel. Sivia hanya diam. "Mau gue cuciin nggak? Sini, bajunya." kata Gabriel lagi.

"Heh, dasar cowok mata keranjang! Masa iya sepupu gue disuruh buka baju ditempat umum kayak gini?!" kata Alvin.

"Loh kok jadi gue yang dibilang 'cowok mata keranjang' sih? Tadi ini cewek minta gue buat nyuciin bajunya. Ya, sini gue cuciin. Nah kalo tu baju masih dibadan Sivia gimana mau gue cuciin? Atau lo mau masuk mesin cucinya juga, Vi?" ucap Gabriel.

PLAKKK!!! Sebuah tamparan keras mendarat dipipi Gabriel.

"Alvin!!! Lo apa-apaan sih?!" bentak Shilla.

"Kok jadi temen gue yang ditampar sih?! Masih anak kelas satu juga lo!" bela Cakka. Alvin benar-benar bingung kenapa dia harus menampar Gabriel. Menurutnya, perkataan Gabriel benar-benar kurang ajar.

Gabriel hanya diam setelah tamparan itu. Sivia pun tak membuka mulutnya. Gabriel melepas seragamnya dan memakaikan seragamnya di badan Sivia yang masih dibaluti oleh seragam Sivia yang kotor itu. Untung saja, Gabriel masih mengenakan kaos putih. Setelah itu, Gabriel pergi meninggalkan Cakka, Alvin, Shilla, dan Sivia pastinya.

"Nanti kita BBM-an aja ya, darling!" bisik Cakka kepada Shilla. Lalu Cakka segera pergi mengejar Gabriel.



Alvin masih sibuk sama pianonya. Dia jago banget loh main pianonya, sudah bisa baca not yang ribet-ribet gitu deh. Alvin kalau merasa sendiri, ia suka main piano kadang-kadang sampai lupa waktu. Biasanya, dia suka ngesearch tentang piano lewat youtube atau di internet.

"Alvin!!!!!!!!!!"

"Kalo masuk ketok pintu dulu dong!" tegas Alvin tanpa menoleh sekalipun kearah sumber suara.

"Yah, maaf deh." Alvin pun menengok.

"Eh, lo, Vi. Dikirain Shilla. Soalnya tu anak cempreng banget sih suaranya," sahut Alvin. Alvin pun memberi isyarat kepada Sivia agar ia duduk disebelahnya. Sivia menurut.

"Jadi, suara gue cempreng, gitu?" tanya Sivia.

"Ya nggak gitu juga kali..." jawab Alvin sambil tersenyum. Tiba-tiba Alvin menekan tuts pianonya.

Mungkin inilah rasanya
Suka pada pandangan pertama
Sejak pertama aku bertanya
Facebookmu apa nomormu berapa

Sivia terpukau. Dengan refleks, ia memberikan tepuk tangan atas perform Alvin. Ia sedikit tertawa kecil.

"Liriknya lucu," komentarnya. Shilla yang daritadi melihat Sivia dan Alvin dikamar Alvin didekat pintu pun langsung masuk tanpa mengetuk pintu dan tiduran ditempat tidur Alvin.

"Aduh, lo jangan tiduran ditempat tidur gue dong, Shill. Udah rapih nih lo berantakin lagi" keluh Alvin.

"Yailah sensitif amat sih sama gue," balas Shilla. Sivia hanya tersenyum kecil. "Eh, lo bisa nggak sih manggil gue 'Mbak' ? Songong banget sih lo jadi adek. Ke Mbak Ify bisa, masa ke gue nggak?!"

"Enje, Mbak Shilla..."

"Ehem, gue kekamar dulu ya. Ngantuk, karo turu. Hehehe. Bye! Selamat malam daaaaan selamat tidur!" kata Sivia sambil memperlihatkan senyum manisnya. Ia pun segera pergi meninggalkan kamar Alvin.

"Eh, Vin, lo naksir Sivia ya?" tanya Shilla, to-the-point.

"Menurut lo???"



Gabriel masih dengan tekadnya yang lama. Buat-Sivia-naksir-sama-seorang-Gabriel. Dia sengaja buat deketin Sivia. Cari tau tentang Sivia lewat Shilla atau bisa dari Cakka. Untuk urusan baju, akhirnya, Sivia memberi seragamnya yang kotor kepada Gabriel. Dan Gabriel rela-relain seragamnya buat Sivia. Untung saja dia punya dua seragam. Dan seragam Sivia sampai sekarang belum ia kembalikan.

Suatu hari, Gabriel ingin mengajak Sivia ke sebuah taman didekat Pandanaran. Gabriel tiba di sekolah dengan membawa delman. Delman itu berhenti dihadapan Sivia yang sedang bersama Shilla dan Cakka.

"Hai!!!!!" sapa Gabriel.

"Gab!!!! Wih, keren banget ini kudanya." kata Cakka sambil meraba-raba sang kuda dan berkeliling delman.

"Yoi, coy! Gue bawa langsung dari kampung khusus buat Via. Hehehe...." cengir Gabriel.

"Serius lo?" tanya Sivia. Gabriel mengangguk.

"Lo liat dong nih," kata Gabriel sambil menunjuk kebelakang delman dan ada karton bertuliskan:

DELMAN CINTA BUAT NENG SIVIA
Dari MAS GABRIEL

Cakka, Shilla dan Sivia hanya tersenyum geli melihat tulisan itu. Gabriel mengisyaratkan kepada Sivia agar segera naik ke delmannya. Sivia pun segera naik. Ketika Shilla dan Cakka ingin naik...
"Ora!!! Ora!!! Ora!!!" kata Gabriel, histeris. Cakka dan Shilla saling berpandangan. "Delman ini khusus buat Neng Sivia!" tegasnya. Cakka dan Shilla hanya mencibir.

"Ready, sweetheart?!" tanya Gabriel. Sivia hanya menyerngitkan dahi. "Siap nggak?" tanya Gabriel lagi. Sivia mengangguk. "CAOOOOOOOO!!!!!!!"

"Huuu dasar Iel!!!" ketus Shilla.

Entah apa yang dirasakan Alvin ketika melihat sepupunya dan lelaki lain pergi berdua saja. Ia rasa, ia mencintai sepupunya itu....



Sivia dan Gabriel sampai ditaman yang Gabriel tuju. Taman yang menurut Gabriel paling keren. Setelah Sivia menginjakkan kakinya ditaman itu, ia jadi ingat tentang masa lalunya.

"Ray..." begitu kata pertama kali yang ia ucap ketika melihat taman itu.

"Vi, gue bukan Ray. Tapi Gabriel." balas Gabriel. Tiba-tiba saja, air mata Sivia mengalir. Ia ingat semuanya. Gabriel benar-benar panik ketika melihat Sivia menangis.

Jangan nangis, Via. Karena aku nggak sanggup liat kamu nangis

"Itukah suara kamu, Ray?" ucap Sivia. Gabriel benar-benar bingung harus gimana. Ia hanya terpaku. Padahal ia nggak denger suara apapun. Tapi kenapa Sivia ngomong seperti itu?

Kalau aku pergi, aku harap kamu jangan tangisi aku. Aku benar-benar nggak mau lihat kamu nangis

Sivia menangis lagi. Kali ini lebih deras. Ia rindu terhadap Ray. Ia ingat apa yang Ray ucapkan sebelum Ray pergi meninggalkannya. Dengan reflek, Gabriel memeluk cewek itu. Ia merasa lemah melihat cewek yang -kini- ia sayangi itu menangis. Dengan lembut, ia membelai rambut Sivia.

"Aku sayang sama kamu, Via." bisik Gabriel. Sekitika, cewek itu terbujur kaku melihat pengakuan Gabriel. Kalimat terakhir Ray yang diucapkan oleh Gabriel.

"Kalo lo ada masalah, cerita sama gue, Vi. Jangan lo bebanin sendiri. Gue nggak sanggup liat lo nangis," lirih Gabriel. Gabriel melepas pelukan Sivia. Sivia hanya diam. Gabriel menghela nafas. Ingin rasanya ia menghibur Sivia agar Sivia tersenyum lagi.

Gabriel melangkah ke taman yang tak jauh dari taman yang ia kunjungi. Tetapi, harus menyebrang dulu. Ia ingin mengambil setangkai mawar putih untuk Sivia. Sivia melihat kejadian itu. Dari arah kanan, ada sebuah mobil yang tak jauh dari Gabriel dan hampir menabrak Gabriel. Sivia segera berlari dan mendorong Gabriel. Mobil itu melaju dengan cepat.

"Via.."

"Kenapa kejadian ini mirip sama kematian Ray?! Ya Tuhan..." Sivia hanya menggeleng kepalanya. Air matanya jatuh kembali.

"Ray siapa?" tanya Gabriel.

"Cowok yang paling berarti buat gue..." jawab Sivia. "Hari ini tanggal berapa, Yel?" tanya Sivia.

"2 Agustus 2011," jawab Gabriel. Sivia melotot.

"Tiga tahun yang lalu..." ucap Sivia lagi. Gabriel masih bingung. Siapa Ray? 2 Agustus 2011? Tabrakan? Taman? Dan.... Tiga tahun yang lalu?


Shilla, Sivia dan Alvin sedang mendengarkan radio dikamar Shilla. Kebetulan hari ini hari minggu.

"Oke 123.4 Radio Icil FM Semarang, kembali lagi bersama saya Zevana. Hehehe mungkin baru pada tau saya ya. Sedikit curcol sedikit icilovers, saya ini adiknya Kak Zahra yang biasanya ON Air di Radio ini. Tapi, berhubung Kak Zahra lagi sakit dan nggak ada yang bisa gantiin, dan kebetulan saya bercita-cita ingin menjadi penyiar radio. Hehehe... makanya saya bersedia menggantikan Kak Zahra."

"Icilovers, sekarang kita kedatangan seorang cowok nih. Dia bela-belain ON Air disini. Wow! Nah, cowok ini pengen banget cerita tentang kisah cintanya. Ehem, dan tragis nih ya tadi Zeva udah diceritain sama cowok ini. Dia bilang, dia udah nggak ketemu sama ceweknya selama tiga tahun. Oke, Icilovers, daripada denger cuap-cuap Zeva hahaha kita denger yuk cerita dari Prasetya! Selama siang, Prasetya..."

Sivia kaget mendengar nama 'Prasetya'. Dengan cepat, ia langsung memperbesar volume radionya.

"Hai, Zeva. Aku langsung cerita aja ya. Dulu aku punya sahabat kita deket banget lah. Namanya Azizah..."

INI RAYNALD? Muhammad Raynald...........Prasetya?! Dia kembali?

"Dia manis, cantik, baik hati, ramah, t-o-p-b-g-t deh. Suatu hari, kami main di taman dan ada sedikit kecelakaan kecil. Yang membuat kami harus pisah dan sekarang cewek itu ada di Semarang..."

Sivia terpaku mendengar cerita itu. 'Lo bilang kecelakaan kecil, Ray?!' batin Sivia.

"Vi, ini kok mirip cerita lo ya? Nama ceweknya kayak nama panjang lo lagi," komentar Shilla. Tapi tak diindahkan oleh Sivia.

"Aku cuma pengen dia tau, kalo dia denger ini, hubungi aku segera di nomor 08567******. Aku sangat rindu dengannya. Makasih Zeva..."

Sivia segera mengambil handphone nya dan menekan nomor-nomor itu. Alvin dan Shilla bingung. Sivia segera menempelkan handphonenya ditelinganya.

"Halo.."

"Ray..." Sivia menangis mendengar suara itu.

"Udah ah jangan nangis. Aku cuma mau bilang. Ada yang lebih pantes gantiin aku dihatimu, Vi. Dia udah dideket kamu. Dia naksir sama kamu."

"Ray tapi..."

"Vi, kasih handphone mu ke cowok disebelahmu dong!" Sivia segera memberikan handphonenya kepada Alvin. Alvin hanya menyerngitkan dahinya dan menerima handphone itu.

"Udah jauhin Via, dia kan sepupu lo. Nggak mungkin lo pacarin kan. Masih ada cewek yang lain. Oke? Relain Via buat cowok lain ya!" tiba-tiba telfon itu mati. Alvin hanya melotot. Ia menekan kembali nomor itu.

Nomor yang anda tuju belum terpasang...


Gabriel mengajak Sivia, Shilla, Cakka, dan Alvin untuk berlibur ke kampungnya. Mereka sih mau-mau aja toh buat have fun juga. Karena lelah dalam perjalanan, mereka pun beristirahat sebentar. Sebelum kerumah kakek-nenek Gabriel yang ada di Semarang juga tapi di kampungnya, Gabriel mengajak teman-temannya itu ke sebuah tempat wisata di daerah Boja.

"Ke air terjun curug Sewu yuk!" ajak Gabriel.

"Ha? Ngapain?" tanya Cakka.

"Ya main-main aja, Cak!" jawab Gabriel.

"Boleh tuh, gue denger-denger sih disitu enak buat foto-foto. Lagian, kita kan orang Semarang masa kita nggak pernah ketempat wisata di Semarang." kata Alvin.
"Kita kan orang Jakarta, Vin. Gara-gara Papa aja tuh yang dinas di Semarang terus Mbak Ify sekolah di Tarnus jadi kita menetap disini.." balas Shilla.

"What ever lo mau orang mana kek. Mau orang Semarang kek, mau orang Jakarta, mau orang utan kek, terserah. Yang jelas kita bakal seneng-seneng disana!!!" kata Gabriel, girang sendiri.

"Enak aja lo bilang pacar gue orang utan!" toyor Cakka. Gabriel hanya nyengir.

"Udah, yuk!! Ke curug-curug itu.." ajak Sivia. Mereka pun melanjutkan perjalanan mereka dengan mobil Cakka.

Shilla mengambil gitar Cakka yang ada dibangku belakang. Cakka memang selalu bawa gitar kemana-mana, pernah ia membawa gitarnya ke kamar mandi. Emang cinta banget ni anak sama gitar. Shilla memetik gitar itu sambil bernyanyi.

Seems like everybody's got a price,
I wonder how they sleep at night.
When the tale comes first,
And the truth comes second,
Just stop, for a minute and
Smile

Sivia kagum dengan suara Shilla yang keren banget. Ia pun mengikuti Shilla untuk bernyanyi dan melanjutkan lagu itu.

Why is everybody so serious!
Acting so damn mysterious
You got your shades on your eyes
And your heels so high
That you can't even have a good time.

"Suara lo keren juga, Vi.." puji Shilla. Sivia hanya tersenyum.

"Lanjut dong, gue jadi semangat nyetir nih!" kata Cakka.


Everybody look to their left (yeah)
Everybody look to their right (ha)
Can you feel that (yeah)
Well pay them with love tonight...

It's not about the money, money, money
We don't need your money, money, money
We just wanna make the world dance,
Forget about the Price Tag

Ain't about the (ha) Cha-Ching Cha-Ching.
Aint about the (yeah) Ba-Bling Ba-Bling
Wanna make the world dance,
Forget about the Price Tag.

Suara tepuk tangan dari Gabriel, Cakka dan Alvin bikin Sivia dan Shilla tersenyum malu. Mereka berdua pun bertos ria. Tiba-tiba Gabriel girang karena tak terasa mereka sudah sampai di Air Terjun Curug Sewu. Untuk sampai disana harus berjalan lagi. Ya, jadi mereka parkir dulu. Mereka pun turun dari mobil.

"Vin, bawa kamera kan? Foto dulu yuk!!!" ajak Shilla. Alvin mengangguk dan mengeluarkan SLRnya. Shilla, Cakka, Gabriel dan Sivia pun berfoto dulu.

Sivia memeluk erat tubuhnya. Ia menggigil. Udaranya disini memang dingin banget karena deket gunung. Gabriel melihat Sivia yang kedinginan. Ia melepas jaketnya dan memakaikannya kepada Sivia.

"Lain kali kalo ke Boja bawa jaket. Soalnya disini dingin banget," kata Gabriel.

"Terus lo..." kata Sivia yang kaget dan menerima jaket dari Gabriel.

"Gue kan cowok, lagian gue udah biasa disini. Ya, ngalah lah sama cewek. Hehehe..." kata Gabriel, nyengir. Alvin yang melihat adegan itu hanya tersenyum kecut. Ia benar-benar bingung apa yang ia rasakan dan apa yang 'Prasetya' ucapkan waktu itu.

Mereka pun melanjutkan perjalanan ke Curug Sewu dengan berjalan kaki. Dan sampailah mereka di air terjun Curug Sewu yang ketinggiannya 45 meter.

"Kereeeeeeeeen!!!!!" teriak Sivia ketika melihat objek wisata ini. Alvin segera mengeluarkan SLRnya dan memotret objek-objek bagus.

"Wow!! Gila, di desa kayak gini aja ada tempat seindah ini!!!!" kata Shilla.

"Disini ada tiga air terjun. Yang kita tempatin ini tingginya 45 meter. Yang lain ada 20 meter dan 15 meter kalo nggak salah. Kita ke yang 15 meter aja, yuk!" ajak Gabriel. Mereka pun mengangguk. Saat mereka di air terjun yang ketinggiannya 15 meter, Gabriel mengajak Sivia ketempat yang agak jauh dari teman-temannya. Nggak terlalu jauh juga sih. Gabriel pun berdiri di batu yang agak licin.

"Ehem, Vi.. gue mau kasih ini," kata Gabriel yang mengeluarkan sebuah kotak dari tasnya. Tiba-tiba Gabriel terpeleset dan kotak itu pun hampir jatuh. Dengan sigap, ia menyelamatka kotak itu tapi tubuhnya jatuh ke air terjun yang tingginya lumayan banget.

"GABRIEEEEEEEEL!!!!!!!!!" teriak Sivia. Alvin, Cakka, dan Shilla yang kaget mendengar teriakan Sivia itu segera menghampiri Sivia. Mereka bertanya ada apa sebenarnya. Alvin melihat Gabriel jatuh dan hanyut, ia segera melompat ke air terjun itu dan segera menyelamatkan Gabriel.

"Alvin...!" Mereka segera turun dan menghampiri Gabriel dan Alvin.

"Gabriell... Lo bego banget sih!!! Kenapa malah nyelametin kotak nya bukan lo nya??!!!" kata Sivia setengah menangis.

"Karena gue sayang sama lo, Vi." kata Gabriel yang agak pucat. Kata-kata itu membuat wajah Sivia memerah. Alvin hanya bisa membuang muka. Benar-benar merasa ditusuk-tusuk jarum jahit. Cekit cekit cekit cekit...

"Udah jangan nangis dong, Vi. Gue nggak papa." kata Gabriel lagi.

"Nggak apa-apa gimana?! Elo tuh udah kayak masuk jurang tau nggak. Untung ada Alvin," kata Sivia. "Thanks ya, Vin."

"Sama-sama, Vi." jawab Alvin.

"Thanks, Vin. Kalo nggak ada lo, udah mati kali gue." kata Gabriel yang kemudian tersenyum paksa. Alvin mengangguk.

"Via..." kata Gabriel. Sivia mengangguk. Ia masih shock dan menangis. "Buka kotaknya deh," kata Gabriel. Sivia membuka kotak dari Gabriel.
"Gabriel.....ini kan seragam gue," kata Sivia.

"Maaf ya baru gue balikin. Sebenernya Vi, gue punya misi." kata Gabriel. Mereka berempat -Sivia, Shilla, Cakka dan Alvin- hanya menyerngitkan dahi. "Misi, bikin lo naksir sama gue. Ternyata selama ini, malah gue yang naksir sama lo.." lanjutnya.

"Gue rasa....misi lo berhasil," kata Sivia, tersenyum. Alvin melotot.

"Jadi......?" tanya Shilla dan Cakka.

"Jadi kalian.....jadian?" lanjut Alvin.

"Gabriel kan belom nembak gue," kata Sivia.

"Cie kalo belom berarti mau tuh!" sahut Cakka.

"Emang lo mau jadi pacar gue, Vi?" tanya Gabriel. Sivia menunduk, ingin sekali menyembunyikan wajahnya yang merah. Ada sedikit anggukan dari Sivia. Semuanya kaget. Shilla, Cakka dan Gabriel bertos ria. Alvin hanya menunduk. Campur aduk hatinya kayak nano-nano.

"Ya udah kita jadian ya. Gue janji nggak bakal ngecewain elo.." kata Gabriel memeluk erat pacar barunya itu...

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 - "Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran"

    Pada hakikatnya, dalam membuat keputusan, kita sebagai pemimpin seyogjanya harus mengutamakan nilai-nilai kebajikan dan kebutuhan pesert...