Senin, 26 Februari 2018

Ku Pendarkan Cinta pada-Nya





Kubiarkan hujan membasahi dunia, Seakan meminta jejak langkah yang ada
Kugoreskan banyak cerita pada-Nya, Penuh duka dan luka yang berdarah
Seperti inikah cinta ? Ketika kupaksakan senyuman dalam lara
Menyayat pelan ceritanya, Menunggu masa melenyapkan sakitnya

Dan pada akhirnya, Aku berbicara pada sang waktu,
Memintanya untuk membahagiakanmu, Mewakili kegenap kerinduaku
Tak mampu kukatakan segala emosi, Tentang hati yang jelas tersakiti
Ia meratap penuh arti, mengharap bagaikan ilusi sunyi

Dan disinilah jiwaku terpaku, menatap bunga ditamanmu
Namun, tak kumiliki banyak waktu untuk itu
Pelan, bahkan sangat pelanku melangkah darimu
Tak lepas dari rasa syukurku, Oh Rindu..

Aku berdiri dibalik tirai besi yang semu
Menyerahkan cerita dan rasaku yang menggebu
Membawa cintanya dalam do’aku
Membiarkannya melupakan masa lalu

Tuhanku,
Telah kubiarkan cintanya merapuh dalam angan
Meluruhkan setiap harapan tanpa tujuan
Untuk-Mu, ketulusan Iman dan pengabdianku.


Sidoarjo, 8 Maret 2015

Hujan Kesayangan

Setiap kali langit mulai meredupkan cahayanya
Aku berjalan ke muara sungai yang sama
Terdiam, merasakan kesejukan yang tersirat
Dari jutaan angin yang penuh semburat

Tetesan penghidup dunia mulai menyapa
Jatuhnya selalu penuh berkah
Merasuk, dan mengalir di setiap celah
Tak pernah mengeluh dan menyerah

Dan saat bias langit mulai kembali
Mengantikan kemurungan mentari
hujan mendatangkan pelangi
sebagai bukti keindahan telah kembali

Pelangi…
Seputih sinar matahari saat pagi
Mengekalkan dengan sinar ya]ng abadi
Membias langit terhadap diri
yang datang penuh misteri.

Senja tak pernah membawamu kembali



Aku berdiri dibatas Kota
Dimana kita biasa bersua
Meramu bahagia dengan masa
Bertahan dalam segenap rasa

Aku bertahan dibatas Senja
Bersama bayang yang tak pernah sirna
Ingatkanku pada masa yang tak terjarah
Tentang waktu yang membuatmu menyerah

Aku bersandar pada masa diujung malam
Berharap Senja menerangkan kelam
Aku tersenyum penuh harap di bukit mimpi
Berharap waktu membawamu kembali

Ah,
Akhirnya aku kembali pada lingkar kehidupan
Dimana aku dan kamu tak lagi satu harapan
Dimana Senjaku tak pernah memberi kesempatan

Senja dibatas hari…
Kutitipkan ceritaku pada sinaranmu
Biarlah, kesendirianku menjadi warna Abu
Namun, tak kubiarkan Ia menggerus Keindahanmu

Kubertahan dalam dunia hening
Bersama alunan denting
Untukmu, Senjaku

Kamis, 15 Februari 2018

Unilateral love 7 (Cerpen Ovin)

Unilateral love 7 (Cerpen Ovin)

Keesokan harinya, sepulang sekolah alvin datang menjenguk cakka. dia miris melihat keadaan sahabatnya yang satu ini

“cakka kenapa seperti ini? Kenapa kamu gk share sama aku? Aku pasti bisa bantuin kamu, semua masa sulit ku selama ini selalu bersama kamu, tapi kenapa masa sulitmu kamu gk mau berbagi kesedihan sama aku”
“ingat gk kka. Waktu aku berada pada masa yang sulit, kamu orang selalu mensuport aku. Tapi kenapa kamu gk bisa biarin aku ngebalas kebaikan kamu itu” tak terasa air mata alvin menetes
“kamu orang yang kuat kka. Aku tau itu. Plis bangun dan lihat oik. Bukankah kamu pernah bercerita sama aku. Kalau oik itu harta yang paling indah yang pernah kamu miliki. Kamu sudah janji sama ayah oik, bahwa kamu akan merawat dia, kamu gk akan biarin dia sedih”
“kka, sekarang oik sedih, dia sedih lihat kamu kayak gini”

Perlahan jemari cakka bergerak. Matanya pun terbuka

“alvin” gumam cakka. alvin menghapus sisa air mata di pipinya

Dan tersungging senyum di bibir alvin

“cakka” seru alvin lalu memeluk cakka. cakka menghela napas. Membalas pelukan alvin lalu melepasnya. Mata alvin berkaca-kaca
“jangan nangis, ntar matamu tambah sipit. Kasian oik kalau harus nuntun kamu jalan” canda cakka
“kamu ini, disaat seperti ini kamu masih aja bercanda” kata alvin
“kalau dibawa serius aku malah tambah parah”
“kka, aku panggil dokter dulu yah” pamit alvin. Cakka mengangguk. Alvin pun keluar dan kembali bersama dengan dokter rendra, rio, gabriel, oik, ray, shilla, dan tante cakka

Setelah dokter memeriksa keadaan cakka, ia menatap alat pengukur detak jantung. Menghela napas berat lalu mundur

“tante. Aku titip rumah yah. Semua surat-suratnya ada di ruang kerja ayah. Surat-surat perusahaan juga ada disitu. Tante gk usah ke bekasi. Tinggal aja disini kelolah perusahaan ayah dan jagain rumah. Pasti bunda dan ayah senang kalau tante yang mengelolahnya”

Tante cakka tersenyum. Air matanya menetes. Ia membelai pipi cakka

“iya sayang, tante janji tante akan tinggal disini”

Cakka beralih ke ray.

“kamu sepupu yang baik, jagain tante jangan sampai di kelelahan” ray mengangguk. Cakka menatap shilla yang berlinangan air mata
“cantik jangan nangis ntar jelek lho” cakka mencoba menghapus air mata shilla.
“rio, alvin, gabriel jangan keseringan berantem yah. Pasti sepi kalau gk ada aku”

Oik menghapus air matanya menggenggam tangan cakka

“kka, jangan bicara gitu. Kenapa coba kamu harus pergi. disini tuh banyak yang sayang sama kamu. Jangan pernah berpikir untuk itu” cakka membelai rambut oik
“ayah, bunda, dan dede udah nunggu aku disana. Lagian kalau aku tinggal disini aku hanya ditakdirkan untuk sendiri” kata cakka. ia meraih tangan alvin

Menatap alvin dan oik bergantian. Lalu menyatukan tangan keduanya diatas dadanya

“kalian pasangan yang serasi” kata cakka. alvin menggeleng
“gk cakka” balas alvin. Cakka menatapnya
“vin, aku titip oik yah. Oik itu gampang sakit, jadi jaga dia baik-baik. Tugasku selama 10 tahun menjaga oik sudah selesai. dan aku percayakan oik ke kamu. Jangan sakiti dia yah. Jangan biarin dia nangis karna kamu” kata cakka. alvin menatap oik sedangkan oik menatap cakka
“cakka tolong jangan bicara seperti itu. Kamu tetap disini. bareng aku, bunda dan yang lain”

Cakka menggeleng

“kalian harus janji sama aku. Saat aku pergi nanti, kalian harus tunangan”
“cakka?” tanya alvin dan oik
“cakka gk pantes dapat ini iel” bisik rio. gabriel mengangguk
“janji yah vin” tanya cakka. mau tidak mau alvin mengangguk
“ok aku janji”
“gk cakka itu gk akan terjadi, kamu masih kuat. Aku gk akan terima menjadi tunangan alvin”
“oik, aku harus pergi, udah ada alvin disamping kamu. Kamu harus terima itu”
“sekalipun udah ada alvin, kamu tetap yang terbaik untuk aku”
“kamu harus lakukan permintaan terakhirku”

Oik menggeleng

Cakka tersenyum. Memberi senyum terindahnya untuk yang terakhir kalinya pada semua yang melihatnya. Lalu cakka menutup matanya. Menghembuskan napasnya. Hingga yang terakhir

Air mata shilla tumpah

“CAKKA” pekik oik berusaha membangunkan cakka. alvin menarik oik menjauh dari cakka memeluknya berusaha membuat oik tenang
“vin, cakka”

Alvin mengelus punda oik

“mungkin ini yang terbaik untuk kita semua” kata alvin
“cakka harusnya kamu pergi dengan kebahagiaan. Kamu terlalu baik untuk seperti ini” kata shilla
“rio, sahabat terbaik kita pergi” gumam gabriel. Air mata rio menetes. Ia segera menghapusnya
“selamat jalan cakka. semoga kamu tenang disana” kata rio
“semoga kamu diberi tempat yang terbaik kka” kata shilla

Cakka P.O.V

Acara pemakamanku baru saja selesai, tapi masih ada beberapa orang di makamku. Seperti oik, alvin, shilla, rio, dan gabriel

Shilla disisi kiri makamku, salah satu tangannya memegangi nisanku dan satunya lagi memegangi liontin kalungnya yang terukir nama CAKKA. itu kalung dariku, sebagai kenang-kenangan bahwa ia pernah memiliki cinta sepihak. Shilla menangis, aku sedih melihatnya tapi mau bagaimana lagi. Ini yg terbaik

“cakka, aku sulit menerima kenyataan ini” kata shilla

Disisi kanan makamku ada oik yang juga menangis, disampingnya ada alvin, yang berusaha menenangkannya

“cakka” lirih oik
“ik, jangan sedih terus. Nanti cakka sedih lihat kamu” kata alvin
“vin, ik, shil, udah sore. Balik yuk” bujuk rio
“bentar lagi io. Aku mau nemenin cakka” balas oik dan shilla
“tapi cakkanya mau istirahat. Kalau kalian disini, dia gk bisa istirahat dengan tenang” kata gabriel. Shilla mencium nisanku
“love you cakka. semoga kamu tenang disana dan mendapat kehidupan yang lebih baik” kata shilla lalu berdiri.

Oik mengelus nisanku

“makasih sahabatku. Aku juga sayang sama kamu. Tapi maaf itu hanya sebagai sahabat” tutur oik. Alvin membantunya berdiri

“selamat jalan cakka” kata oik dan shilla. Mereka lalu meninggalkan makamku

Aku tersenyum. Melihat akhir dari kisah hidupku dibumi

Cinta sepihakku berakhir dengan kesedihan, tidak seperti cinta sepihak oik yang terbalaskan. Cinta sepihak shilla juga seperti itu, berakhir dengan kesedihan. aku hanya bisa meminta maaf pada shilla karna aku tidak bisa mencintainya dengan setulus hatiku. Aku gk mau menjadikan dia pelampiasanku. mungkin beginilah garis hidupku didunia, ditakdirkan untuk menjadi sosok yang lapang dada. Tersenyum walaupun satu persatu harta yang paling berharga bagiku pergi. shock, trauma itulah yang terjadi padaku. Benturan yang terjadi sepuluh tahun lalu. Badai yang membawaku ke sebuah takdir yang sangat tidak bisa ku terima, kepergian anggota keluargaku satu persatu, mulai dari kepergian adikku yang tak ada yang tau apa penyebabnya. Sudah dilakukan visum dan tak ditemukan penyakit apapun atau luka apapun dalam tubuhnya. Yang aku tau saat membangunkan cahya. adikku, dia sudah tak bernapas. Sejak saat itu satu-persatu keluargaku pergi. membuatku putus asa, dan hampir saja mencoba untuk mengakhiri hidup ini. Harta yang paling berharga didunia ini bukankah keluarga, tanpa mereka, hidup sebatang kara. Bukankah itu adalah hal yang menyakitkan

aku mengurung diri di kamar selama 1 minggu, keadaanku hancur, aku hanya memikirkan kepergian keluargaku, menangisi takdir yang begitu tidak adil menurutku, alvin dan oik sahabatku dari kecil pun tak bisa menenangkan aku. hingga kesehatanku menurun dan sebuah penyakit menggerogoti tubuhku. Kanker Otak. Tapi aku meminta tante untuk tutup mulut. Cukup keluargaku yang tau masalah ini. Jadi yang alvin dan oik tahu hanyalah. Setiap aku lelah pasti aku mimisan

10 tahun berlalu, dan kini giliranku untuk pergi. menemui orang tua dan adik yang sudah menungguku. Pergi ke tempat dimana aku bisa menemukan cinta yang abadi dan sejati. Tempat terakhir, tempatku untuk selama-lamanya. Tempat yang tenang bagiku. Dan tempat yang membuatku tidak harus mengorbankan seseorang yang aku sayangi.

Inilah Cerpen ku Ovin  Semua Tentang Rio Haling...

Bagian 6 <<<

_The End_


Unilateral love 6 (Cerpen Ovin)

  Unilateral love 6 (Cerpen Ovin)

Kemarin cakka check-up Dan kata dokter semakin lama kesehatannya melemah. Ia pun memanggil ketiga sahabatnya untuk bermain di basecamp

“mungkin aku bisa membuat kenangan terakhir untuk sahabatku” batin cakka

Cakka mendrible bola lalu memasukkannya ke ring

“yes 2 poin” seru cakka. alvin heran melihatnya, biasanya kalau cakka sudah mencetak poin dia tak pernah sesenang itu
“iel kenapa dia” tanya alvin. Gabriel mengangkat bahunya
“lagi kesambet kali” celetuk rio
“pasti dia berusaha menyenangkan hatinya” batin gabriel
“woy, ngapain pada ngengosip. Ayo main lagi” teriak cakka lalu mengoper bolanya kepada gabriel. Mereka pun kembali bermain
“hari ini koq cakka rusuh banget” batin alvin
“io kasih gw” pinta cakka. rio pun mengoper kepada cakka
“cakka beneran aneh” batin alvin
“vin awas bola” teriak cakka. alvin dengan sigap menangkap bolanya lalu memasukkannya ke ring
“wah hebat kamu vin” kata cakka
“cakka kesambet apaan sih” batin alvin

30 menit bermain cakka merasa lelah, ia kembali merasakan sebuah cairan keluar dari hidungnya

“aku istirahat dulu yah” kata cakka sambil menutupi hidungnya dan segera berjalan ke arah ia menyimpan tasnya mencari sapu tangannya dan menghapus cairan itu, tapi cairan itu tak mau berhenti
“tuhan kumohon” mohon cakka terus menghapus cairan itu

Alvin menyenggol lengan rio

“tumben dia capek” tanya alvin
“kita juga gk tau vin. Akhir-akhir ini dia aneh” balas rio

Alvin menghampiri cakka. menepuk bahunya

“kamu kenapa?” tanya alvin. Cakka menggeleng pelan. Lalu menyembunyikan tangannya. Sepertinya cairan itu sudah berhenti keluar
“yakin? Itu darah dari hidungmu semakin banyak” tanya alvin lagi
“iya, aku yakin. Mungkin aku terlalu lelah. Kalian main aja dulu. nanti aku menyusul” kata cakka
“cakka” panggil alvin. Cakka menoleh
“apa?”
“bukannya kamu udah berhenti mimisan”
“iya nih gk tau kenapa penyakit mimisan ku balik lagi”
“yaudah kamu istiarahat. kalau kamu gk bisa jangan dipaksain. Mending kita balik”

Cakka mengangguk, setelah alvin pergi ia mencari obatnya dan meminumnya

Dulu setiap cakka kecapekan/panik pasti dia mimisan. dan 4 tahun terakhir ini, penyakit mimisannya itu sudah hilang. dan kembali lagi saat penyakit yang ia derita sudah parah

Siang ini oik pulang sendirian tanpa ditemani cakka. ia sangat kesal pada cakka dan baru saja ia memarahi cakka, cakka hanya pasrah, ia tidak ingin mengeluarkan satu kata apapun dari mulutnya, ia tak ingin cairan itu keluar lagi dari hidung

“cakka jahat” lirih oik

Tadi pagi ify dan sivia memarahi oik karna sudah satu minggu ini cakka menghilang dan oik gk tau kemana cakka pergi, yang ternyata cakka masuk rumah sakit. Ify dan sivia yang mengetahui dari rio dan gabriel, segera memberitahu oik kalau cakka sakit, dan oik dituduh sebagai sahabat yang tidak konsisten karna semenjak oik dekat dengan alvin ia lupa pada cakka

Saking emosinya, ify dan sivia bilang pada oik, kalau selama ini alvin tidak sayang pada oik hanya cakka yang berusaha mengarang cerita agar oik bisa tersenyum.

Oik yang kesal langsung mencari cakka sewaktu bel pulang dan memarahinya

Oik berjalan dengan linangan air mata. Sedangkan cakka mengikutinya secara diam-diam

“aku gk nyangka kamu bohong sama aku kka” oik terus memaki cakka

Tiittt…… suara klakson mobil terdengar ternyata oik berjalan di tengah jalan

“aa….” Pekik oik
“oik” teriak cakka berlari ke arah oik

Tangan halus meraih oik dengan lembut. Memeluk oik dengan erat

“ik, jangan lakuin itu lagi. Aku gk mau kamu kenapa-kenapa? Aku gk tau apa yang harus aku lakukan kalau kamu gk ada. Jujur ik aku sayang banget sama kamu” kata orang itu. Oik mendongak
“alvin??” cakka terdiam di tempatnya. Hatinya terasa di sayat bambu yang tajam. Sakit, sangat sakit. Tapi ia tetap tersenyum
“makasih udah sayang sama aku” oik balas memeluk alvin
“aku salah bilang cakka jahat. Buktinya alvin sayang sama aku. Sivia dan ify sudah salah duga. Aku harus minta maaf sama cakka” batin oik
“sudah kuduga alvin juga sayang sama oik” batin cakka
“aw…” cakka memegangi kepalanya
“ayo ik kita pulang” ajak alvin. Oik mengangguk mereka pun meninggalkan tempatnya
“tuhan kepalaku kenapa” cakka terus memegangi kepalanya. Cairan itu lagi-lagi keluar dari hidungnya.

Selang beberapa detik ia pun roboh. Orang yang melewatinya segera membawanya ke rumah sakit. Dan menghubungi nomor yang paling atas di kontak cakka. Alvin, tapi nomer alvin tiba-tiba tidak aktiv. Jadi nomer selanjutnya Gabriel

****
“ray, bunda kan sudah bilang kalau kamu pulang itu bareng cakka” marah bunda ray pada ray
“maafin ray bun, tadi kak cakkanya sendiri yang minta pulang jalan kaki” sesal ray
“tapi bun, aku yakin kak cakka bohong kalau gk ada apa-apa. Pasti kak cakka lagi mikirin sesuatu” kata ray
“iya kamu benar. Bunda juga berpikir seperti itu”
“tante, ray. Bagaimana dengan cakka” tanya gabriel dan rio yang baru saja datang. Tadi gabriel yang menelpon tante cakka. sedangkan gabriel pergi mencari rio yang nomernya gk aktiv
“dia belum sadar kak” balas ray. Gabriel dan rio duduk disamping bunda ray
“jujur sama tante, apa yang sudah terjadi pada cakka selama 2 minggu terakhir ini” tanya bunda ray

Gabriel dan Rio mengangkat bahu

“selama dua minggu ini cakka sangat tertutup tante. Bahkan tentang penyakitnya itu hanya aku dan rio yang tau” kata gabriel
“berarti alvin, bunda oik dan oik belum tau”

Rio mengangguk

“cakka gk mau ganggu mereka karna penyakit cakka. kita mau aja ngomong ama mereka tapi cakka gk bolehin. dan kalau kita berani kasih tau mereka, cakka mau nekat pergi dari sini. dan menghentikan pengobatannya” kata rio
“mungkin cakka ditakdirkan untuk sendiri” balas bunda ray
“iya tante”

Tak lama kemudian. Keluarlah seorang dokter

“dok bagaimana keadaan cakka?” tanya bunda ray.

Dokter rendra menunduk

“kami sudah melakukan yang terbaik. Tapi tetap saja, kondisi cakka semakin hari semakin mengkhawatirkan. Dan sekarang cakka sedang koma” kata dokter rendra lesuh. Dia lalu berjalan ke ruangannya

Bunda ray menunduk

“cakka” lirihnya

Gabriel dan rio berdiri. Masuk ke kamar rawat cakka, sebelumnya mereka menggunakan pakaian khusus

“cakka, kamu bandel banget sih. Udah dibilangin harus jaga diri baik-baik. Lihat kamu down lagi” kata rio

Gabriel miris melihat keadaan cakka, banyak sekali alat medis yang menempel ditubuhnya

“maaf kka, aku gk bisa nepatin janji aku, aku harus memberitahu alvin dan oik masalah ini. Aku rasa itu yang terbaik” kata gabriel. Rio mengangguk setuju

“cakka” panggil oik
“aneh, tumben rumah cakka tertutup begini, dia kemana yah” batin oik
“atau jangan-jangan dia pergi karna kecewa sama aku”
“aduh! Bodoh kamu ik, kenapa coba lebih percaya sama ify dan sivia”
“mana ponselku low bat lagi jadi gk bisa nelpon cakka deh”

Oik terus memaki dirinya

Lalu sebuah mobil berhenti didepannya. Ia memiringkan kepalanya.

“sivia ngapain ke rumah cakka” batin oik

Sivia dan ify turun dari mobil dan menghampirinya

“ik bisa ikut kita”
“kemana?”
“udah jangan banyak nanya ikut kita aja”

Ify menarik tangan oik paksa. Sivia segera masuk ke mobilnya. Setelah ify memasukkan oik ke dalam mobil ify juga masuk ke mobil. Sivia pun melesat ke rumah sakit.

Gabriel menelponnya kalau cakka sedang koma, dan memohon agar mencari oik dan membawanya ke rumah sakit

“kalian berdua bohongkan” kata oik
“masalah apa” tanya ify
“yang tadi” balas oik
“bahas itu nanti aja” kata sivia
“emangnya kita mau kemana sih”
“gk usah bawel”

Oik mengangkat bahu

“kalian aneh” cibirnya

Oik, Sivia, dan Ify sampai di rumah sakit. Oik agak bingung kenapa dibawa ke rumah sakitnya dokter rendra, apa cakka sedang sakit, bukannya kemarin udah sembuh.

Mereka berjalan ke ruang ICU

“tante?” tanya oik saat melihat ibunda ray. Bunda ray berdiri
“oik!” serunya seraya memeluk oik
“lho tante kenapa? Siapa yang sakit?” tanya oik. Bunda ray melepas pelukannya
“cakka”
“apa? Cakka sakit apa tan?”
“kanker otak…hhh” bunda ray menghela napas panjang. Oik terperangah
“stadium akhir” lanjut bunda ray

Mata oik berkaca-kaca

“ini arti sahabat bagimu. Berapa tahun kamu bersahabat dengan cakka, tapi kamu tidak pernah tahu penyakit apa yang diderita cakka”celetuk seseorang, ia menatap sinis ke arah oik. Rio mengelus punggungnya
“shil, sabar. Gk ada satupun sahabat cakka yang tau hal ini. Cakka merahasiakannya” kata rio

Air mata oik tak terbendung lagi. Ia segera masuk ke ruang rawat cakka tentunya dengan pakaian khusus

Oik duduk disamping ranjang cakka. menggenggam tangan cakka. membiarkan air matanya jatuh membasahi tangan cakka

“cakka, kenapa kamu gk bilang sama aku soal penyakitmu. Kenapa?”

“cakka aku belum berterima kasih sama kamu. Karna usahamu, aku sama alvin bisa bersatu. Semua karna kamu”

“aku minta maaf tadi siang udah marah-marah sama kamu”

Oik mencium kening cakka

“makasih cakka, kamu sahabat sekaligus kakak yang baik yang pernah kumiliki”

Seseorang menepuk bahu oik pelan. Ia menoleh

“ini, untukmu. Aku temukan di kamar kak cakka. kak rio bilang kamu yang bernama oik” ray mengangsurkan diari cakka dan selembar surat. oik menerimanya. ray pun keluar

Oik menghapus air matanya, membuka diary itu

Semua tentang kehidupan cakka. semua yang terjadi setiap hari tertulis di buku itu. Oik berhenti membuka lembarnya ketika melihat judul Unilateral Love. Oik pun membacanya

unilateral love! Mungkin itulah yang kualami. Cinta sepihakku pada sahabat karibku. Jujur aku sayang padanya tak hanya sebagai adik juga sahabat, tapi aku ingin menjadikannya wanitaku. Tapi sepertinya itu mustahil, ia menyukai seseorang, yang juga sahabatku. Alvin. Walau aku tau alvin tak suka pada dia, demi dia aku akan membuat alvin jatuh ke tangannya. Aku yakin, jika dia bahagia aku juga akan bahagia. Apalagi mengingat 9 tahun lalu aku mengidap penyakit mematikan, mungkin aku hanya bisa mencintainya namun tak dapat memilikinya. Namun bagiku, menjadi sahabatnya seperti menjadi kekasihnya, walau hatiku rasanya sakit mendengar pengakuannya bahwa ia hanya menganggapku sahabat. Tapi tak apalah, setidaknya aku bisa dekat dengannya, daripada tidak sama sekali

“cakka” lirih oik

oik tak meneruskan membaca diari itu. Ia lalu membuka surat yang diserahkan ray tadi

To : My Little Fairy

Ik, sebenarnya aku sayang sama kamu, tidak hanya sebagai sahabat tapi juga aku ingin menjadikanmu kekasihku, kaulah orang yang ada dihatiku. Ah… mungkin aku hanya bisa bermimpi untuk memilikimu. Dan aku terlalu pengecut mengatakan ini lewat surat. Aku tak berani mengatakannya didepanmu karna aku sudah tau jawabanmu. Kau lebih memilih alvin daripada aku. Aku bisa terima itu, karna menurutku alvin memang lah yang terbaik untuk kamu. Ia bisa menjagamu sampai tua. Kalau aku, umurku tinggal menghitung hari. Walau aku tak bisa memilikimu. Setidaknya aku sudah pernah memiliki cinta yang sejati walau hanya sepihak. Tapi aku tak pernah menyesal seperti itu. Memang hanya kamu yang bisa membuatku jatuh cinta. hanya kamu yang ada dihati aku

Mungkin saat kamu membaca surat ini aku mungkin sudah tak mampu lagi mengucapkan kalimat yang selama ini ku pendam

I Love You Oik.

Jadikanlah aku sesuatu yang bisa kau kenang di setiap doamu

Maaf atas segala beban yang pernah kuberikan kepadamu

Your Sincerely,

Anak Ilang

****

Shilla menepuk pelan bahu oik. Oik pun terbangun

“ik, kamu balik dulu istirahat. Udah malam nih. Pasti bundamu khawatir denganmu” kata shilla. Oik mengangguk, ia beranjak
“aku titip cakka yah” pinta oik. Shilla tersenyum
“pasti ik” balas shilla

Oik berbalik menatap wajah lesuh cakka

“dia pasti sadar. Mungkin butuh waktu yang lama” kata shilla
“makasih. Aku balik dulu yah” pamit oik
“kamu hati-hati” balas shilla. Sekarang gantian shilla yang duduk disamping ranjang cakka

Diluar kamar rawat cakka

“mau balik ik” tanya ray. Oik mengangguk
“biar ray yang nganterin kamu” kata bunda ray. Ray pun berdiri

Oik menggeleng

“gk usah tante. Ngerepotin” tolak oik
“gpp koq kak” kata ray
“iya ik, lagian ini udah malam. Gk enak anak gadis sendirian malam gini”

Akhirnya oik mengangguk

“aku balik duluan tante”
“hati-hati. Kamu jangan ngebut yah ray”
“iya bunda”

Oik dan ray pun berjalan ke parkiran rumah sakit

Didalam kamar rawat cakka

“makasih atas kalungnya. Tapi kalau aku tau ini adalah kenang-kenangan perpisahan kita. Aku gk akan menerimanya” tutur shilla
“kumohon bangun cakka” shilla membelai lembut wajah cakka
“aku sayang sama kamu. Walaupun hanya sepihak, aku akan selalu sayang sama kamu”

Bagian 5 <<<                                                                                Bagian 7 >>>

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 - "Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran"

    Pada hakikatnya, dalam membuat keputusan, kita sebagai pemimpin seyogjanya harus mengutamakan nilai-nilai kebajikan dan kebutuhan pesert...