"separuh darimu menjadi bagian dari kami,separuh darimu memberikan
kekuatan pd kami dan separuh darimu menjadi setitik kehidupan untuk
kami"
tetesan air langit masih saja mengguyur bumi,sejak tadi pagi.
Awal november....tentu saja hujan yg berkuasa,bhkan hujan tdk
mengizinkan senja muncul hari ini,untk sekedar menjemput mentari kembali
keperaduannya.
Dan aku masih terdiam disini sejak beberapa menit lalu,mengama i isak
tangis yg ku dengar. Isakan kecil milik seseorang yg sangat aku kenal.
Cowok tampan dan manis begitu,kata orang tentangnya. Tapi aku tak tau,
ya..karna memang aku blm pernah melihatnya.
Aku ify,aku buta sejak lahir dan karena itu,aku tinggal dipanti ini.
Aku mulai mencoba menghampirinya,memayunginya dg payung merah mudaku.
"ngapain kamu disinh sendirian yo??" tanyaku pada cowok yg akrab disapa rio itu.
"jgn sok care deh" ia membentakku,sambil menepir payungku. Air hujan pun mulai menyapa kulitku.
"yo,ayo kita masuk,kamu kan lagi sakit" ajakku,dgn sedikit paksaan sambil menarik tangan rio.
"aarggh,LEPAS.gw blng gak usah sok care,gw gak sakit. Gw baik-baik
aja,jgn fikir gw sama kyk loe dan temen-temen loe yg cacat dan
penyakitan" bentak rio kasar.
Sakit. Ya,tentu saja aku marah dgn ucapan rio tadi. Tapi aku tetap tak
tega membiarkan rio,sahabatku,kehujanan sendiri disini,apalagi ia baru
sembuh dari sakitnya.
"kalo kamu gak mau masuk,aku juga bakal tetep disini nemenin kamu" ancamku.
"udah deh,PERGI SANA" rio mendorongkuu..
"ifyy..." teriak seorang cowok menghampiriku.
"fy,kamu gak ppapa??" ucp seorang cewek sambil membantuku berdiri.
Mereka adalah sahabatku,alvin dan sivia. Alvin adalah penderita penyakit
kerusakan hati kronis,sedangkan via menderita gagal ginjal. Panti ini
memang dibangun khusus untuk anak-anak seperti kami. Disini kami merasa
lbh nyaman,kami merasa sama dan senasib,disini kami belajar saling
melengkapi,belajar peduli dan berbagi.
Tapi rio... Dia berbeda dgn kami,setauku dia tdk cacat,apalagi
penyakitan. 11 thn lalu,ibu panti membawa seorang anak berusia sekitar
5thn
Ibu panti bilang ia menemukan anak itu,distation.
Anak itu mengangis mencari ibunya,mungkin rio terpisah dari orang
tuanya,atau mumgkin sengaja ditinggal. Akhh,ntah lah,itu tdk penting
untuk kami. Saat itu,kami hanya berfikir akan mempuyai teman baru lagi.
"orang tuaku,pasti akan menjemputku"
itu kalimat andalan rio.
Sejak kecil dia selalu menolak saat kami ajak bermain. Dia tdk suka dgn
keberadaan kami,dia lbh suka sendiri,asik dgn dunianya sendiri. Tapi
seiring berjalannya waktu,sosok asli rio mulai muncul.
Rio anak yg lucu dan baik hati. Pada dasarnya rio itu ramah dan
penyanyang,kami semua jadi mulai terbiasa membaur dgnnya,diapun mulai
bisa menerima kami semua kami semua sbg anggota keluarga barunya.
Aku,via,alvin dan rio mmg berteman sangat dekat. Kami sering bermain
bersama. Rio mengajari banyak hal pada kami,termasuk semangat untk
sembuh. Rio yg mengajari alvin bermain gitar,menemani bermain sepak
bola,bhkan rio jg mau membantu via merawat bunga-bunganya. Rio juga
selalu menceritakan hal-hal yg tdk bisa aku lihat,seperti keindaha saat
mentari terbenam,bunga yg bermekaran,rinai hujan,juga tentang sosok
alvin dan via. Rio bilang alvin itu cakep,tinggi,kulitnya
putih,sedangkan via,cantik dan chubby. Dan rio blang kalo aku itu
manis,dgn dagu tirus dan rambut lurus yg membingkai wajahku.
Tapi ntah mengapa sejak beberapa bulan lalu,sosok rio berubah,ia menjadi
rio yg dulu,yg tak mengizinkan seorangpun masuk dlm kehidupannya,rio yg
cenderung kasar dan sangat menyebalkan.
"yo,lo apa-apaan sih?" bentak alvin
"LOE GAK USAH IKUT CAMPUR"
"tp kita sahabat kamu yo,dan kita sedih liat kamu kyk gini" tambah via.
"kamu kenapa sh yo?? Kita kangen rio yg dulu." tanyaku.
"ini gw rio. Yg ada dihadapan lo semua,inilah rio yg asli. Rio yg
kemarin udah mati,MATI" Rio pergi,diiringi deru angin yg menusuk kulit.
"KAMU TETEP SAHABAT KITA,YO" Teriakku,aku tau rio pasti tak peduli dg kata-kataku.
-----
sore itu selepas hujan,kami bertiga,aku,alvin dan via,berkumpul didanau bintang. Danau ini,rio lah yg menemukannya
Sudah berapa lama rio tak mengunjungi,tempat ini. Akhir-akhir ini,rio lbh sering mengunci diri dikamarnya.
Danau ini dikelllingi daun berwarna hijau cerah,dihiasi butiran-butiran
bening sisa air hujan. Air danaunyapun bergerak perlahan membiaskan
langip yg kala itu dihiasi pelangi. Saat malam danau ini akan
menghamparkan ribuan bintang dan pedar cahaya bulan.
"ekh,ekh lihat ada pelangi" kata alvin.
"ohh ya??" balasku.
"iya fy" jwb via. "andai ada rio disini,pasti dia akan menceritakan warna-warni tentang pelangi itu" batinku.
"aku kangen rio" gumamku,
"kita juga,fy" kata alvin dan via bersamaan.
Setelah itu,kami terdiam. Tak berapa lami pelangi pun hilang,kami pun
beranjak pulang,tapi kemudian derap kami terhenti,alvin dan via melihat
rio melangkah perlahan kearah sebuah pohon. Ia menggali lubang disana
dan menguburkan sesuatu,sejenak rio terdiam lalu air matanya mulai
menetes perlahan.
"ngapain ya rio disitu,kenapa dia nangis" via bertanya-tanya.
"rio nangis?? Aku mau samperin dia." kataku.
"jgn fy,ntar lo kena bentak lagi,udahlah mungkin dia udah gak butuh kita." cegah alvin.
"tp dia sahabat kita,vin" ktaku.
"dulu" sergah alvin.
"selamanya vin,SELAMANYA" Aku pergi menjauh.
-----
2minggu kemudian.
Suara guntur dan angin menghiasi malam itu. Kami kini,membisu,menatap
sosok lemah itu dari balik kaca. Ia terlihat begitu letih,guratan
kesakitan hampir menghilangkan ketampanannya. Rambutnya menipis,kulitnya
pucat,bibirnya pun putih,dan tangan yg dulu selalu diulurkan untuk
membantu teman-temannya,kini terkulai tak berdaya.
Air mata??? Tentu tak dapat dihitung,sudah berapa banyak yg tertumpah.
"rio selalu bilang,kalian segalanya untuknya, maafkan sikap rio selama
ini pd kalian,dia hanya tdk ingin kalian sedih saat dia pergi nanti"
jelas ibu panti kpd kami.
"ibu jgn bilang begitu,rio pasti sembuh. Kita selalu mendoakannya." ucapku getir.
Semua hanyut dan kesedihan dan doa. Doa untuk sahabat terbaik kami. Aku
takut,ntah mengapa aku merasa rio akan segera pergi meninggalkan kami,tp
sgera ku tepis perasaan itu.
Bagaimana jadinya kami tnpa dia,bukankah dia yg selama ini menyemangati
kami,yg ikut merasakan kesakitan alvin,yg ikut menangis melihat via
kemo,yg menjadi tongkatku,cahayaku. Tentu tuhan tdk akan sejahat
itu,mengambilnya dari kami. Bersamaan dgn doa yg terus mengalir untk rio
yg sedang berjuang didalam sana,memori tentang riopun mengalir dlm
pikiran kami masing-masing.
>>FLASHBACK
HHAHAHA
kami kompak menertawakan rio yg terpeleset ke air danau saat itu,rio
tentu saja hanya nyengir dgn baju yg basah kuyup. Ia menghampiri kami.
"apiiiinnn" rio memeluk alvin.
"huwwa,rio. Gw jadi ikutan basah deh" keluh alvin.
"ekh,ekh,liat tu,ada pelangi" tunjuk via.
"ekh iya,tapi kok gak ada warna hijaunya.ya" tanya alvim.
"bukan gak ada vin,mungkin belum jelas. Pelangi itu akan selalu dtang
dgn warna yg lengkap,sama kyk kita yg selalu saling melengkapi agar
semuanya menjadi lbh mudah dan indah" jelas rio.
"pengen deh,persahabtn kita kyk warna-warni pelangi,selalu lengkap. Tapi
syangnya gak mungkin ya,suatu hari,salah satu dari kitaa...." "alvin
pasti dpt pendonor hati,via pasti dpt ginjal yg cocok dan ify pasti bisa
melihat lagi,percaya deh,suatu saat kalian akan sembuh dan menatap
pelangi itu smbil tersenyum" rio memotong perkataan via sebelumnya,
ia tdk mau membicarakan kematian atau perpisaha.
"iya,aku jdi gak sabar pngen bisa liat pelangi" ucapku
>>FLASHBACK OFF
"bangun yo,gw mohon" batin alvin
"jgn tinggalin kita yo" bisik via dlm hatinya
-----
kami berlari kecil dikoridor rumah sakit. Via terus menggandeng tanganku. Senyum manis merekah disudut bibir kami.
Rio sadar.
"rio.." sapa alvin.
"haii.." rio tersenyum,kami menatapnya sedih.
"pda kenapa sih,gak usah didramatisir gitu deh,gw sadar bukan buat liat kalian nangis bombay begitu" kata rio.
"loe harus janji yo" kata alvin.
"janji apa" tanya rio.
"janji gak bakal ninggalin kita" lanjut alvin.
"iya,dan kamu jg harus cepet sembuh yo,kamu kan udah janji mau nemenin
aku liat pelangi. Sebentar lagi aku bakal bisa liat yo" pintaku pada
rio.
"kita semua dpt pendonor yo,kita bkal sembuh,kayak yg kamu bilang dulu." sivia tersenyum,rio membalasnya.
"gw pngen jalan-jalan kebukit bintang.kalian mau anterin gw kan?? Gak
akan lama kok,sebentar aja" pinta rio. Melihat keadaannya yg
stabil,kamipun akhirnya setuju.
"yaudah,tapi sebentar aja ya,loe kan hrs istirahat" kata alvin,rio mengangguk setuju.
"yaudah aku izinin kedokter dulu ya" usul via.
-----
kamipun mulai menyusuri jalan berumput menuju danau bintang,dan kalian
tau?? Rio meminta aku,aku yg buta hni,untuk mendorong kursi rodanya. Dia
selalu mengarahkanku,menuntunku kejalan yg tepat. Aku semakin sadar
akan sangat sulit berpisah darinya,dia adalah titik cerah yg tuhan
kirimkan untuk sosok sosok dalam kegelapan seperti aku.
Saat sampai,kami disap oleh bau tanah yg merebak dan tetesan air yg
bergelantung di ranting-ranting pohon. Tapi air danaunya berubah,tdk
lagi tenang seperti biasanya,tapi kini beriak seakan sedang gelisah.
"ekh,ekh,pelanginya udah muncul" teriak via. "selalu indah" guman rio.
Kami semua menatap barisan warna itu,akupun seakan menemukan lengkungan
berwarna itu dlm kegelapan. Memang dilihat berapakalipun tak akan
mengurani keindahannya.
"aku pengen jadi warna merah,kuat dan berani,supaya bisa jagain kalian" kta alvin,tiba-tiba.
"kalo aku pngen jadi kuning,ceria dan periang,supaya aku bisa bikin hari kalian selalu cerah" lanjutku.
"aku pngen jadi warna hijaunya,tenang dan lembut. Biar aku bisa bawain kalian kesejukah" tambah via.
"dan aku pngen jadi hujannya" ucap rio,kami semua menoleh kearahnya.
"kenapa hujan yo. Kenapa gak jadi langitnya,langit tempat pelangi
bergantung" saranku. "suatu saat,kita pasti akan pisah,dan aku bakal
jadi orang pertama yg mempersatukan kita. Kalian tau kan,pelangi gak
akan muncul,tanpa seruan hujan. Karna itu aku pengen jadi hujan,hujan yg
akan memanggil kalian,pelangiku."
aku menangkap kata-kata itu sbg ucapan selamat tinggal. Aku berfikir
bahwa rio sadar bukan utk sembuh,tapi hanya utk mengizinkan kami melihat
senyumnya utk yg terakhir kali.
"kita balik yuk yo" ajakku.
"ntar fy,tunggu pelanginya ilang" rio menolak.
Kami menatap pelangi itu,pelangi terakhir yg bisa kami nikmati bersama
sosok rio,karena setelah itu,bersamaan dgn pelangi yg lenyap,mata riopun
perlahan merapat,tapi kedua sudut bibirnya,tetap membentuk lengkungan
manis.
"hiks" aku mendengar via terisak.
"pelanginya udah ilang yo,ayo kita balik" lirh alvin.
Kita sama-sam tau bahwa jiwa rio telah meninggal raganya. Aku menggenggam tangan rio,dingin.
Saat menuju rumah sakit aku kembali yg mendorong kursi roda itu. Tapi
kini tentu berbeda,karna raga yg duduk diatasnya tak lagi menunjukan
arah yg harus ku tempuh. Kami semua terdiam,merasak gejolak kesedihan
dlm relung hati.
-----
hari itu cuaca cerah,burungpun berterbangan diangkasa. Kami berdiri
disini,dibawah sebuah pohon besar ditepi danau bintang. "sekarang vin"
kata via
alvin pun mulai menggali tanah itu,tak berapa lama sdbuah kotak muncul
didasar lubang yg tdk terlalu dalam. Alvin mengambil dan membersihkannya
dari beberapa bulir tanah. Kami bertiga sepakat utk segera membukanya.
Membuka kotak yg rio kubur waktu itu. Saat kami membukanya,kami dapati
5buah benda disana, hiasan meja berbentuk gitar dari alvin,syal biru tua
dari sivia,gantungan kunci berbntuk bola basket darilu dan selembar
foto. Foto kami berempat sdg tertawa lepas menatap kamera.
"ternyata memang manis" batinku.
Ya,inilah kali pertama aku melihat wajah rio. Sekarang kami bertiga tlh
sembuh,pendonor itu tlah memberika separuh dari dirinya,untuk menjadi
setitik kehidupan untuk kami.
Dan terakhir sepucuk surat yg ditaruh didasar kotak. Alvin mulai membuka dan membacanya. Aku dan via mendengarkannya.
Gw mario stevano aditya,gw bukan cowok hebat,gw juga bukan cowok
kuat,cuma seorang cowok yg baru nemuin kebahagian gw dsini,gw baru
ngerasain gmana rasanya disanyangi,gmana indahnya berbagi,dari kecil gw
sendiri,gw dibuang sama nyokap gw. Tapi gw bersyukur karena dgn gitu
akhrnya gw bisa ketemu mereka.
Ify
sivia
dan alvin.
Sobat gw,semangat gw,hidup gw.
Gw rela tuker apapun yg gw punya buat mereka. Saat gw tau,mereka bakal
cepet ninggalin gw,gw takut,gw sedih.gw berdoa agar gw duluan yg
dipanggil tuhan,supaya gw gak perlu ngerasain sedihnya kehilangan
mereka. Dan tuhan kabulin doa gw,kanker otak stadium akhir. Sesaat gw
fikir itu anugrah.tapi kemudian gw sadar,gimana mereka kalo gw
pergi,siapa yg bakal jagain mereka.
Berpura-pura semuanya baik-baik aja,tentu bukan hal yg mudah,jadi gw milih jauhin mereka.
Gw gak mau semangat mereka buat sembuh hilang saat tau keadaan gw.
Gw nyesel sama doa gw,gw gak yakin sanggup biarin mereka sedhh.gw gak
akan sanggup ninggalin mereka,gw msh pengen liat senyum mereka. Akhirnya
gw putusin, gw titipin sebagian dari gw kemereka. Mata untuk ify hati
untuk alvin dan ginjal untuk sivia. Segoga dgn gini gw bakal tetep bisa
disisi mereka meski dlm wujud yg nantinya akan berbeda.
Tak ada airmata yg tercurah dari kami bertiga,melepas sahabat terbaik
kami tentu bukan dgn airmata. Lagipula hujan telah mewakili kami.
Ya saat itu hujan turun,padahal hari sangat cerah,bhkan mentari tak
beranjak dari tempatnya. Kami berlari-lari kecil ditengah hujan,seperti
yg sering rio lakukan dulu,kami berkejaran dan tertawa lepas menikmati
hujan. Biarlah raganya menjauh,tapi kasih sayangnya tentu mashh mengalir
dlm deru darah kami.
"ekh,liat ada pelangi" tunjuk via
"kamu berhasil jadi hujan yo" ucapku lirih.
"rio berhasil bawain pelangi buat kita" lanjut alvin.
Kamipun berdiri tegak,menautkan tangan kami,menatap barisan warna yg dikirim sahabat kami,pelangi persahabatan
the end
Bukan siapa yang lebih dekat atau lebih dulu kenal, tapi Siapa yang selalu ada dan tidak pernah pergi :)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Koneksi Antar Materi Modul 3.1 - "Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran"
Pada hakikatnya, dalam membuat keputusan, kita sebagai pemimpin seyogjanya harus mengutamakan nilai-nilai kebajikan dan kebutuhan pesert...
-
Pada hakikatnya, dalam membuat keputusan, kita sebagai pemimpin seyogjanya harus mengutamakan nilai-nilai kebajikan dan kebutuhan pesert...
-
This film was the first and the last film presented by Jonathan Alvin Heeii. This my first movie... maybe last to... Sebelum dimulai....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar