Jiya panic melihat jam tangannya sudah menunjukan pukul 07.10,
ia sudah terlambat pergi ke sekolah. Setelah mengambil sepotong roti
dari meja, ia langsung pamit dan menarik kakaknya yang sedang sarapan
untuk segera mengantarnya. Untunglah Jiya sampai tepat waktu,
“
Uh…slamet-slamet, 2 menit lagi gak nyampe, bisa mati nich…!!”
celotehnya. Dan baru saja Jiya akan melangkahkan kakinya ke gerbang
sekolah, Jiya dikagetkan oleh bunyi klakson dibelakangnya yang membuat
Jiya menghentikan langkahnya.
“ Heh, loe tuch ngagetin aja yach…!!!” ujar jiya dengan wajah kesal.
“ Sorry, loe minggir dikit downk, gue bawa motor nich.” Jawab anak yg mengendarai motor itu
“ Heh, nenek-nenek rabun juga tahu, yang loe naikin itu motor, bukan sapi!!” Omel Jiya
“ ya makanya loe minggir, biar motor gue bisa masuk.”
“
enak aja, yang duluan nyampe kan gue, kenapa loe yang masuk duluan???”
Jiya tidak mau mengalah, tadi ia buru-buru dari rumah sampe gak sarapan
karena takut telat, sekarang malah ada orang yang seenaknya mau
mendahuluinya, Jiya tidak bisa membiarkan hal itu. Adu mulut antara
mereka pun terjadi, mereka sama-sama tidak mau kalah, baru setelah
mendengar bunyi bel mereka bisa diam dan bergegas masuk sekolah.
Bel
pulang berbunyi, dan semua anak berhamburan keluar dari kelasnya. Jiya
melangkahkan kakinya menuju gerbang dengan riang gembira, karena didepan
gerbang sana pasti kakaknya sudah menunggu seperti biasanya. Tapi…
“
lho..koq gak ada…???” Jiya heran ketika tidak menemukan kakaknya
disekeliling tempat dimana kakaknya biasa menunggu. Padahal kak Ardy gak
pernah telat menjemputnya, kak Ardy selalu sampai setengah jam sebelum
sekolah bubar. Ini tidak biasanya, Jiya mencoba menunggu kakaknya dan
berfikir positif, mungkun macet, atau motor kak ardi mogok, atau kak
Ardy disuruh dulu sama mama, fikirnya. Tapi setelah satu jam menunggu
dan kakaknya tak kunjung datang Jiya mulai panic. Tiba-tiba handphonenya
bunyi, Jiya lega karena itu telp dari Kak Ardy
“ halo kak, kakak dimana, Jiya udah pegel dich nungguin kakak..”
“
Jiya, maafin kakak yach, hari nie jiya pulang sendiri aja, kakak gak
bisa jemput soalnya di kampus ada ujian dadakan. “ ujar kak ardy di
ujung telp
“tapi kak,,,”
“ tut..tut..tut..” kak ardy
memetikan telp sebelum jiya sempat menolak atau mengiyakan. Jiya
bingung, Jiya takut nyasar karena selama ini ia tidak pernah pulang
sendiri. Saat itu, ada motor yang tiba-tiba berhenti didepannya. Rupanya
itu anak yang tadi pagi bertengkar dengannya didepan gerbang.
“ mau pulang bareng…??” ajak anak itu, Jiya tidak menjawab dan pura-pura tidak mendengar,
“
ya udah kalo gak mau, gue duluan yach, tapi jangan salahiun gue kalau
nanti loe digangguin sama preman sini karena diem disini sendirian.”
Ujar anak itu smabil menghidupkan kembali motornya. Mendengar ucapan
anak itu, ?Jiya jadi makin takut dan akhirnya mau diantar pulang. Selama
pejalanan, Jiya diam seribu bahasa, begitu pula anak itu. Jiya takutt
anak itu brniat jahat dan menculiknya. Pemikiran yang sangat tidak masuk
akal, karena ternyata anak itu mengantarnya pulang dengan selamat
sampai rumah, tapi anak itu langsung pergi sebelum Jiya sempat
mengucapkan terimakasih.
***
Dikamar
yang bernuansa ungu nan adem diterpa angin dari jendela itu, Jiya terus
memikirkan cwo yg baru saja mengantarnya. Dia misterius, Jiya jadi
penasaran dibuatnya.
“ Ran , gue masih bingung sama cwo yang
nganterin gue kemarin. Gue belum bilang makasih, dia udah pergi aja. “
Tutur Jiya keesokan harinya pada sahabatnya disekolah
“ itu tandanya dia gak pamrih Ji..” jawab Rani
“ iya, tapi gue ngerasa gak enak aja, kemarin udah mikir yang macem-macem tentang dia, gue kira dia mau nyulik gue”
“
itu mah loenya aja yang gila, parno sampe segitunya. Lagian buat apa
juga dia nyulik loe, gak penting kali. Udah gak usah dipikirin, nanti
juga ketemu lagi, satu sekolahan ini kan..mending ke kantin yuk, laper
nich…”
Tanpa diduga, di kantin Jiya melihat cwo yang kemarin mengantarnya, Jiya pun menghampirinya.
“ hai…loe yang kemarin kan..??” sapa Jiya
“ eh, iya..”
“ makasih yach buat kemarin…emz…”
“ Adhie…” jawab cwo itu sambil mengulurkan tangannya yang kemudian disambut hangat oleh Jiya
“ Yach adhie, thank ea, jangan lupa, nama gue Jiya.”
“
ok, duluan yach…” adhie pamit karena teman-temannya yang mulai
menggodanya. Jiya melambaikan tangannya sambil tersenyum sampai Adhie
tak terlihat lagi. Ada sesuatu yang lain dalam hatinya saat melihat
matanya.
“ Ji, loe kenal sama dia??” Ujar Rani yang dari tadi memperhatikannya
“ siapa?? Adhie…??” Tanya Jiya, Rani mengangguk mengiyakan
“
dia cwo yang kemarin itu” jelas Jiya. Rani langsung menceramahinya
ketika mendengar hal itu, Rani membeberkan tentang siapa Adhie
sebenarnya. Adhie itu udah langganan dipanggil sama giru bp karena
kelakuannyaa yang minus setengah mati dan gak ada baiknya sama sekali.
“ masa sich,,tapi dia manis kok..” Jiya tidak percaya
“
serah dech loe bilang apa, tapi loe jangan sampe deket-deket sama dia
lagi, atau imej loe sebagai anak teladan n pinter bakal rusak gara-gara
dia” papar Rani. Jiya tidak terlalu peduli dengan apa yang dikatakan
Rani, toh belum tentu juga dia bakal kenal lebih jauh sama Adhie, meski
sebenernya Jiya mengharapkan hal itu.
Ternyata takdir berpihak
padanya, Jiya semakin sering bertemu dengan Adhie dalam berbagai
kesempatan. Mereka jadi dekat karena sering bertemu. Sementara Adhie
sendiri memang sudah menyukai Jiya jauh sebelum mereka saling mengenal.
Adhie hanya bisa mengaguminya dari jauh karena tidak mungkin Jiya
dengan segudang prestasinya mau berteman dengan seorang badboy seperti
dirinya. Tapi semua pikiran itu hilang seiring semakin dekatnya hubungan
mereka. Jiya tidak peduli dengan apa yang dikatakan orang lain tentang
adhie, karena dimatanya Adhie tidak seburuk yang mereka katakan, meski
selalu terlibat masalah. Adhie itu punya hati yang tulus dan paling care
sama temen-temennya, buktinya waktu itu dia mau mengantarnya pulang
meski mereka tidak saling mengenal. Seiring berlalunya waktu, mereka
menyadari bahwa ada perasaan lain yang sama-sama mereka rasakan.
***
Rani marah besar ketika tahu Jiya menerima Adhie sebagai pacarnya, ternyata ceramahnya selama ini sama sekali tidak dipedulikan.
“ Ji, kan gue udah bilang, jauhin dia..sekarang loe malah jadian sama dia, loe tuch kenapa sich..”
“ tapi ran, Adhie tuch gak seburuk yang loe kira, dia baik dan sayang sama gue.’’ bela Jiya
“
tetep aja, dia itu badboy, tukang ngelanggar peraturan sekolah, apa
kata anak-anak nanti kalau mereka tau, Jiya , siswa yang tanpa cela
ternyata pacaran sama anak tukang ngelanggar peraturan sekolah. Ji, yang
suka sama loe tuch banyak. Si Arki yang ketua osis loe tolak, malah loe
jadian sama Adhie yg nggk banget itu..apa loe kerasukan pas waktu
nerima dia???” omel Rani
“ ran, Adhie itu baik koq..dan senyumnya itu…mematikan”
“
iya, semua orang juga tahu kalau senyumnya adhie membawa kematian”
jawab rani kesal sambil meninggalkn Jiya yang bengong sendiri.
Meski
awalnya gak setuju, tapi lama-lama Rani ngerti perasaann Jiya, karena
Jiya selalu tersenyum dan terlihat bahagia saat bersama Adhie, hal yang
tak pernah ia lihat sebelumya. Dan sekarang Adhie pun mulai merubah
kebiasaanya, setidaknya sejak resmi pacaran sama Jiya, Adhie udah gak
pernah lagi bikin masalah disekolah dan gak dipanggil guru bp. Adhie
juga perlahan membiasakan diri untuk tidak merokok seperti dulu. Apapun
ia lakukan untuk Jiya, meski kadang heran dengan sikap Jiya yang aneh
dan kekanak-kanakan. Entah apa maksudnya, Jiya memanggilnya “bibu” sejak
mereka pacaran, Jiya juga sering bertanya “bibu sayang gak sama Jiya ?”
pertanyaan tidak masuk akal yang harus selalu dijawab, atau lebih
parah kalau Jiya amenyuruhnya bilang “aaku sayang sama kamu” dan itu
harus selau 7x, kalau protes, sama aja cari mati. Tapi meski begitu, hal
itu tidak mengurangi sedikitpun rasa sayangnya pada Jiya. Adhie
menyayangi Jiya dengan segala keanehan dan misterinya.
Suatu hari,
ketika pulang sekolah hujan turun dengan cukup lebat, dan mereka
terpaksa diam disekolah sampai hujan reda. Disana Adhie mulai melihat
keanehan lain pada Jiya.
“ Ji, kamu kenapa ???” Adhie heran ketika melihat hidung jkiya berdarah.
“kenapa apanya??” Jiya balik bertanya
“ kamu mimisan , kamu gpp kan I ??” Adhie mulai khawatir
Jiya kaget dan gugup,” kenapa mesti mimidan depan adhie sich” fikirnya
Adhie
sangat khawatir dengan apa yang baru saja terjadi dengan Jiya. Tapi
Jiya menolak diajak ke dokter. Sesampainya dirumah pun Adhie masih
memikirkan Jiya. Lama-kelamaan Adhie semakin sering melihat jiya mimisan
seperti itu, ia Jadi semakin khawatir. Aoalagi ditas jiya Adhie
menemukan berbagai macam obat. Tiap kali ditanya, Jiya selalu bilang
kalau itu cuma vit biasa.
Suatu sore, Jiya mengajak Adhie
pergi ke suatu tempat, sebuah bukit yanfg indah dengan rumput yang
menghijau, dari sana mereka bisa melihat matahari terbenam. Selain
foto-foto, Jiya juga merekam keadaan disana,d denua yang mereka lguekan.
“ ngapain pake direkam sich Ji ??” Tanya Adhie
“ buat film documenter cerita cinta kita” jawab Jiya asal
“oh..”
“oh doang ngejawab teh, pelit…!!!” gerutu Jiya
Karena
hari mulai delap, mereka pun bergegas pulang, meski sebenarnya berat
melangkahkan kaki meninggalkan tempat dan suasana seindah itu.
Sesampainya
didepan rumah Jiya, mereka malah tertegun. Jiya sudah turun dari motor,
tapi tangannya masih erat menggenggam tangan Adhie, dan enggan
melangkahkan kakinya masuk ke rumah.
“ kenapa? Masih kangen
yach…??” goda adhie, Jiya tidajk menjawab, tetepi langsung memeluknya
dengan erat, lama sekali dan air matanya perlahan mengalir.” Kok malah
nangis??” Adhie heran dan melepas pelukannya, lalu dengan lembut ia
mengusap air mata Jiya.
“ loe sayang kan sama gue??” Tanya Jiya
“
iya gue sayang banget benget banget…sama loe. Sekarang loe masuk yach,
trus tidur, jangan mikir yang macem-macem biar gak mimpi buruk.” Tutur
Adhie lembut lalu dikecupnya kening Jiya dengan hangat. Jiya pun
akhirnya masuk kedalam rumah. Adhie menunggunya diluar sampai lampu
kamar Jiya mati dan baru pulang setelah memeastikan jiya benar-benar
tidur.
Keesokan harinya, Jiya dibawa ke rumah sakit. Rupanya
kanker hati yang selama ini bersarang ditubuhnya sudah semakin parah dan
membuatnya tak sadarkan diri. Adhie yang sama sekali tidak tahu
apa-apa tentang penyakit Jiya bingung karena hari itu tidak menemukan
Jiya di sekolah.
“ eh Rani, koq tumben kesini, nungguin gue…??
Ran, jiya kemana sich?? Dia gak masuk ??” Tanya adhie pada Rani yang
waktu itu sudah menunggu didepan kelasnya.
“ loe ikut gue yach..”
ajak rani sambil menarik tangannya. Meski bingung, tapi Adhie menurut
saja kemana Rani membawanya. Ia fikir, mungkin Jiya ingin memberinya
kejutan dan menyuruh Rani yang menjemputnya. Tapi hatinya mulai risau
ketika tahu ternyata Rani membawanya ke rumah sakit. Terlebih lagi
ketika mereka sampai didalam, keluarga jiya ternyata sudah disana,
tapi..dimana Jiya?? Rani menjawab kebingungannya dengan membawanya ke
kamar dimana Jiya terbaring.
“ Jiya…” adhie seolah tidak percaya saat meliat Jiya sedang terbaring di kamar perawatan itu.
“
Jiya selama ini sakit kanker hati, kata dokter, umurnya gak lama lagi.
Makanya selama ini keluarganya selalu menjaga Jiya mati-matian, termasuk
gue. Makanya dulu gue gak suka waktu loe deketin dia, gue tguet loe
bawa pengaruh buruk buat dia. Tapi, Jiya seolah menemukan semangat hidup
waktu dia mulai deket sama loe. Jiya gak mau bikin loe khawatir dan
sedih, makanya dia nyenbunyiin ini dari loe.” Jelas Rani
Adhie
benar-benar tidak percaya dengan apa yang baru didengarnya dari Rani,
perasaannya tak menentu, kemarin baru saja Jiya pergi menghabiskan waktu
bersamanya, dan sekarang, Jiya terbaring lemah seperti ini. Perlahan
Adhie menghampirinya, Adhie tak dapat berkata apa-apa, hanya airmatanya
yg menetes melukiskan betapa sakitnya ia melihat ?Jiya seperti ini. Jiya
koma selama beberapa hari, dan selama itu pula Adhie menunggu
disampingnya sampai Jiya sadar, tanpa ia sadari, itulah awal kepedihan
yang mendalam.
“ loe gak kangen sama gue ??” ujar Jiya ketika melihat Adhie menangis disampingnya. Adhie langsung memeluknya penuh haru.
“ kenapa loe gak pernah bilang tentang semua ini Ji?? Kenapa loe gak jujur tentang penyakit loe??’’
“ loe sayang kan sama gue??’’
“
iya Ji, gue sayang sama loe, dan gue juga gak akan protes kalau loe
nyuruh gue bilang sayang meski 100x, asal loe sembuh.” Jawab Adie sambil
menggenggam erat tangan Jiya yang mulai teras dingin. Jiya tersenyum
lirih dan air matanya menetes saat mendengar jawaban Adhie.
“
bibu, makasih yach buat semuanya, gue sayang loe. Gue udah cape, gue
pengen tidur sekarang.” Perlahan Jiya memejamkan matanya dan tertidur
lelep, selamanya. Jiya pergi meninggalkan semua orang yang sangat
menyayanginya. Adhie adalah orang yang paling terpukul dengan kepergian
Jiya. Sulit baginya untuk menerima kenyataan bahwa malaikat dihidupnyas
kini pergi untuk selamanya.
Bukan siapa yang lebih dekat atau lebih dulu kenal, tapi Siapa yang selalu ada dan tidak pernah pergi :)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Koneksi Antar Materi Modul 3.1 - "Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran"
Pada hakikatnya, dalam membuat keputusan, kita sebagai pemimpin seyogjanya harus mengutamakan nilai-nilai kebajikan dan kebutuhan pesert...
-
Pada hakikatnya, dalam membuat keputusan, kita sebagai pemimpin seyogjanya harus mengutamakan nilai-nilai kebajikan dan kebutuhan pesert...
-
This film was the first and the last film presented by Jonathan Alvin Heeii. This my first movie... maybe last to... Sebelum dimulai....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar